Awai merasa pantatnya sakit. Segera ia mengangkat kepalanya. Kam Bing Ti sedang bertolak pinggul setelah menyepak pantatnya. Awai geram tak terkira, ia mengangkat ember sekaligus menyiram ke arah Bing Ti. Dengan telak Bing Ti tersiram hingga basah kuyub.
" Kambing sudah lama gak mandi ! Biar kumandikan hingga puas. " Awai menyendok dan menyendok lagi, menyiram dan menyiram lagi. Bing Ti kewalahan menahan serangan air itu. Matanya sulit dibuka dan terasa perih oleh air garam. Ia mundur hingga air siraman Awai tak bisa menjangkaunya. Namun, begitu ia maju, Awai kembali menyiram.
" Siapa yang menyuruhmu mengekoriku ?" tanya Awai geram.
" Ibumu ! " jawab Bing Ti sama geramnya. Ia berhasil menyepak pantat Awai satu kali, belum puas, kalau bisa ia ingin menyepak 10 kali lagi. Ia terkena siraman lebih dari 10 kali. Ia kalah telak hari ini.
" Aku tak percaya ! "
" Gak percaya ya udah ! Aku tak suruh kamu percaya,"
Awai menahan ember berisi air, Bing Ti tak berani maju, terjadi gencatan senjata.
" Dimana kamu bertemu ibuku !" tanya Awai.
" Di rumah bibi Pumei. "
" Sedang apa ibuku di rumah bibi Pumei ? "
" Bermain pakau !"