Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 240-242

14 Juli 2018   05:05 Diperbarui: 14 Juli 2018   09:08 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awai tersenyum kegirangan. Ia ingin mempermainkan Bing Ti agar bosan memata-matainya. Tapi ia penasaran. Siapa yang membayar Bing Ti untuk memata-matainya? Bukankah seminggu yang lalu hal itu dilakukan oleh seorang perempuan parobaya yang pura pura membeli kepiting ? Siapa wanita itu, dan apa hubungannya dengan Kam Bing Ti?

Awai berbelok ke rumah sakit. Ia memarkir sepedanya dan berjalan ke Blok E. Ternyata Makcik Yo tidak berada di Blok E, melainkan di blok D. Awai segera ke Blok D. Blok D lebih sepi. Satu kamar penghuninya hanya 4 pasien. Bayarannya tentu lebih mahal.

" Hei, anak gadisku kemari ! Tumben punya waktu mengunjungiku? Mana si ganteng pacarmu ?" Sambut Yolana dengan mengulurkan kedua tangan. Ia memeluk Awai dengan erat. Ia kangen dikunjungi Awai, tapi ia tahu Awai harus menjaga Tan Suki, tak bebas keluar rumah. Apalagi Awai memiliki seorang emak temberang yang selalu berwajah galak.

Awai agak tersentak mendengar panggilan itu. Anak gadisku diucapkan dengan mesra dari mulut makcik Yo. Andai ibunya yang berkata demikian, diseruduk kerbau gila pun ia rela. Ibunya tak pernah memanggilnya anak gadisku, melainkan anak sial. Namun wajahnya memerah mendengar makcik Yo menanyakan Tiong it.

" Dia sibuk. Belum bisa datang. Makcik Yo kenapa pindah kesini? Supaya lebih bebas memaki Joyah, ya ??" canda Awai

" Huh, jangan bilang begitu donk. Emang aku suka memaki orang ? Aku cuman memaki orang yang tak becus bekerja. Gimana kabar ayahmu " tanya Yolana, berusaha tampil bijaksana.

" Papa sudah membaik, bisa berjalan dengan tongkat. Semalam aku mengajak papa jalan jalan hingga ke rumah yang baru makcik Yo beli." Awai bercerita dengan bersemangat.

" Oh, rumah itu baru kubeli 2 minggu yang lalu. Aku heran, entah kenapa rumah itu dijual semurah itu, apa karena jauh dari laut ya ?"

" Bukan karena jauh dari laut, makcik. Tapi karena rumah itu pernah ada yang bunuh diri."

" Waduh ! Celaka ! Aku membeli rumah berhantu. Sialan, aku ditipu pria itu. Katanya rumahnya aman. Akan kuminta kembali uangku ! Sialan, dasar Hanif Penipu. " umpat Yolana berkepanjangan. Hingga Awai tak sempat berbicara. Ia menunggu Yolana berhenti mengumpat barulah menjelaskan apa yang didengarnya dari Tiong It.

" Sial anak itu. Ganteng ganteng bisa bicara dengan roh orang yang bunuh diri. Pengen kucium pipinya sampai kempot kalau dia ada disini!" lagi, Yolana mengumpat. Awai hanya bisa tersenyum kecut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun