Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Namaku Awai 225-226

7 Juli 2018   06:39 Diperbarui: 7 Juli 2018   08:39 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Huina terbengong. Ia tak menyangka tendangannya bisa membuat Awai terpelanting. Ia berseru memanggil Akun. Akun tiba. Heran melihat Awai tertelungkup di pintu.

" Periksa kakakmu apakah masih hidup atau sudah mati ! Kalau mati, kuburkan di belakang kebun,"

" Mama memukul Awai ?!" Akun menubruk Awai, menaruh jari telunjuk di hidung Awai, ada hembusan nafas halus. Ia segera memondong tubuh Awai ke kamar. Ia membaringkan tubuh Awai ke ranjang.

Tan Suki kaget melihat Akun masuk sambil memondong Awai. Ia berusaha bangun. Ia meraba nadi Awai. Nadi Awai masih berdenyut.

" Dipukul mama hingga pingsan, mama semakin lama semakin kejam terhadap kami !" adu Akun sebal.

Mata Tan Suki berkaca-kaca. Ia menyesal terkena penyakit mati sebelah. Seandainya ia masih sehat, Huina tak mungkin berubah sekejam ini terhadap anak anak. Dulu, saat ia masih sehat, Huina hanya berani memarahi, tak berani memukul. Kini... ia sakit mati sebelah... ia tak bisa mencegah istrinya memukuli anak anaknya. Dadanya terasa sakit... sakit tak terkira. Ia meraih kertas dan menulis.

Pergi tanya tabib apa obat untuk orang pingsan.

Akun membaca tulisan itu, segera menyambar sepeda dan melaju menuju ke kota. Ia berutang sebungkus obat dari toko obat. Ia berjanji akan membayar jika sudah punya uang nanti. Pemilik Toko Obat ternyata baik. Ia meresepkan sebungkus obat untuk Awai agar cepat siuman dari pingsan tanpa meminta bayaran.

Awai terbangun sambil merintih. Didapati ia sedang berbaring di kamar, ayahnya dan Akun sedang menatapnya.

" Apa yang terjadi?" tanya Awai.

" Kamu pingsan dipukul mama, " jawab Akun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun