Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 222-224

6 Juli 2018   06:28 Diperbarui: 6 Juli 2018   08:20 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia menatap laut. Ia memohon dan memohon lagi. Benarkah di laut ada hantu laut ? Benarkah hantu laut muncul dari dasar laut ? Kenapa wujudnya seorang wanita? Kenapa hantu laut membalut wajahnya dengan kain?

Hari semakin petang, senja semakin turun. Tiong It masih bersujud di ujung dermaga. Ia memohon dan memohon lagi agar Hantu Laut mengembalikan Awai padanya. Kakinya sudah lemas, namun ia tetap bersujud.

" Tolonglah... kembalikan Awai padaku. Aku tak bisa hidup tanpanya..." ratap Tiong It berulang kali.

" Kalau kukembalikan kekasihmu, apa balasanmu padaku ? " tiba tiba terdengar suara dari bawah dermaga. Tiong It terlonjak kaget. Ia seakan tak memercayai pendengarannya.

" Aku akan mengirim persembahan pada Hantu Laut." Jawab Tiong It dengan suara gemetar.

" Persembahan apa ?"

" Persembahannya... nasi kunyit, gulai ayam, bunga, pisang raja, bunga 7 warna..." Tiong It teringat itulah permintaan Tok Samat kala ingin menyembuhkan Tan Suki. Ia masih ingat cerita Awai meski kakinya gemetar akibat bersujud hampir 2 jam.

" Aku tak butuh itu ! " suara Hantu Laut terdengar temberang.

" Kalau begitu, apa permintaan Hantu Laut ?" tanya Tiong It.

" Permintaanku, kamu tak boleh mengewakannya, tak boleh menyakiti hatinya, harus menikah dengannya walau apapun rintangan yang menghalangi kalian. Berani berjanji begitu !"

Tiong It merasa aneh. Kenapa Hantu Laut tidak meminta persembahan layaknya yang dukun kampung sampaikan saat mengobati pesakit yang kesampok? ( Kesampok= tersambar setan). Malah meminta sesuatu yang sudah ada di hatinya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun