Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 207-209

29 Juni 2018   06:42 Diperbarui: 29 Juni 2018   08:10 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah kejadian itu, Lim Huina tak pernah berbicara dengan suaminya. Tak pernah masuk ke kamar suaminya. Keduanya bagai anjing dan kucing. Jika bertemu, saling memalingkan wajah.

Awai bertanya pada ayahnya, apa yang menjadi punca kemarahan ibunya ? Kenapa ibunya membenci keluarga Han?

Tan Suki menulis di tangan Awai. Papa tak bisa bicara, akan papa tuliskan ceritanya di buku tulis.

Awai mengangguk.

Suasana rumah terasa mencekam. Tak ada yang berani bicara. Lim Huina tak sudi memasak. Pagi-pagi ia sudah keluar entah kemana. Awai memasak bubur untuk sarapan papa dan adik adiknya. Ia berangkat kerja dengan hati yang lesu.

Kelesuan itu berterusan hingga hari-hari berikutnya karena Lim Huina sejak hari itu pergi pagi pulang malam tanpa melakukan apapun di rumah. Tidak memasak, tidak mencuci, tidak memberi makan ternak. Akun melakukan semua pekerjaan itu, setiap malam mengeluh kecapean dan sakit seluruh badan.

Saat membuang sisa makanan ke dermaga, Awai tak berselera berlama-lama di ujung dermaga. Ia segera kembali. Di tengah dermaga ia melihat sebuah sepeda melaju ke arahnya. Ia berhenti. Ia menunggu.

Tiong It menghentikan sepedanya, heran melihat kekeruhan di wajah Awai.

" Ada apa ? Apa yang terjadi ?" tanya Tiong It.

" Aku menunggu kedatanganmu untuk meminta penjelasan. Ada dendam apa antara keluarga Han dengan keluarga Lim dari pihak ibuku ? " tanya Awai, menggoyang-goyang embernya, embernya membentur pahanya.

" Itu... itu kejadian lama yang sudah dilupakan orang. " ucap Tiong It gugup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun