Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 181-183

14 Juni 2018   07:11 Diperbarui: 14 Juni 2018   08:04 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulang sekolah Tiong It menggowes cepat menuju rumahnya, setelah makan, ia belajar sekitar 1 jam, lalu meminjam sepeda dari salah satu pekerja pabrik es. Ia menggowes menuju pasar.

Awai sudah menggelap semua meja, mencuci semua piring. Athap --penjual mie-kwetiau- menelungkupkan wajahnya di atas meja, entah capek atau ngantuk. Awai menunaikan tugas terakhirnya, membuang sampah dan sisa makanan. Sampah dibuang ke samping pasar, disitu ada tong sampah besar. Makanan sisa diangkat menuju dermaga. Saat ia melewati penjual kepiting bakau, sebuah sepeda berhenti di sampingnya.

" Sini, biar aku yang angkat embernya." Kata Tiong It dengan wajah tersenyum.

" Sepedamu ?" tanya Awai.

" Kutaruh disitu, " Tiong It menunjuk ke kios penjual kepiting. Ia menyandar sepeda disitu, permisi pada tukang kepiting. Tukang kepiting itu menjual kepiting hidup. Siang dan malam berjualan. Tidur dan makan juga dilakukan di kiosnya. Pelanggannya para penjual bihun kuah. Kepiting-kepiting itu ditangkap istri dan anaknya di hutan bakau. Tiong It sering menemani ibunya membeli kepiting. Ia tahu nama penjual kepiting itu.

Setelah menitip sepeda, Tiong It membawa ember menuju ujung dermaga. Ia mengeluarkan sebuah kantong plastik, ingin mengisi makanan sisa itu ke plastik. Awai mencegah.

" Buat piaranmu, kan ?" tanya Awai.

Tiong It tersenyum " Buat yang suka menjilat kakimu."

" Sudah kubungkus dan kugantung di sepedaku,"

Tiong It langsung menuang isi ember itu ke laut. Ikan-ikan berebut memakannya, ada yang mencotol lontong, mencotol mie, kuetiau, dan toge. Dua ikan buntal menelan sepotong mie dari kedua ujungnya, mulut kedua buntal itu bertemu di tengah mie, mirip sedang berciuman. Awai ketawa melihat kelucuan kedua ikan itu. Ia teringat kematian Kuiyi yang teragis. Benarkah Kuiyi mati setelah memakan daging ikan buntal ? Kenapa ia selalu teringat wajah Kuiyi yang buruk saat terjun ke laut dan muncul ke permukaan dengan wajah cantik tanpa noda? Apakah Kuiyi sengaja mengotorkan wajahnya ?

" Apa yang kamu lihat ?" tanya Tiong It ketika melihat Awai diam saja sambil menatap ke air laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun