Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 161-162

6 Juni 2018   07:33 Diperbarui: 6 Juni 2018   08:56 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tan Suki menulis : Aku akan membantumu dengan segala cara.

Awai tahu harapannya tipis, untuk mencegah papanya bermimpi terlalu tinggi, ia mengupas rambutan, dan menyuapi papanya.

Sore itu Tiong It muncul sekitar jam 7 malam, masih tetap membawa setangkai bunga ros. Awai heran, dimana Tiong It mendapat bunga ros setiap hari. Seingatnya, bunga ros itu pernah dilihat di kuburan seorang wanita yang bunuh diri. Ia lupa siapa nama wanita itu. Mereka ngobrol tentang kedatangan paman Hokianto. Tiong It bertanya kenapa Yolana menghilang. Awai mengatakan Makcik Yo diajak suaminya makan di restoran.

" Makan di restoran paling lama hanya 1-2 jam. Apa mungkin paman Ho menjemput makcik untuk diajak pulang ke Lubuk Ikan ? " tanya Tiong It.

" Aku tak tahu. Makcik Yo hanya mengatakan rambutannya untuk kami. Tidak mengatakan kemana mereka akan pergi."

Keduanya berpindah ke topik lain. Jam 9 Yolana muncul bersama suaminya, wajah Yolana cemberut. Suaminya bersikap santai. Begitu datang, Yolana menonjok bahu Tiong It dengan keras,

" Dasar anak sial. Kukira membuat bayi tabung itu gampang. Ternyata lebih ribet dibanding menganyam bangku rotan."

" Kenapa makcik Yo marah padaku ?" tanya Tiong It bingung.

" Kami menemui dokter Ashar, ingin meminta surat pengantar seperti yang kamu ajarkan. Eh, kami harus membayar biaya konsultasi 4 jam yang setara dengan sebulan gaji penyortir ikan. Hasilnya masih jauh ikan asap dari panggangan." Omel Yolana. Yolana mogok bicara, gantian paman Ho yang menjelaskan, bahwa menurut dokter Ashar, membuat bayi tabung itu pertama, sel telur Yolana harus diambil, sehat untuk dibuahi, harus ada rahim yang bersedia disewa. Wanita yang rahimnya bersedia disewa harus sehat, pernah melahirkan normal, bukan perawan tingting, usianya di rentang 22 s.d 35 tahun, bersedia menandatangani perjanjian bahwa setelah bayi dilahirkan akan diserahkan pada kami, selamanya takkan menuntut apapun dari kami.

Dokter Ashar mengatakan resiko kegagalan tinggi, mungkin harus diulang berkali-kali. Yolana mulanya bersemangat mendengar penjelasan dokter Ashar, lama kelamaan ngantuk dan tertidur. " Hokianto ketawa, sementara Yolana memonyongkan mulutnya.

Awai menyimak omongan Hokianto. Ia tak menyangka keinginan Yolana untuk punya anak menghadapi banyak kendala. Ternyata, punya anak terlalu banyak menciptakan kemiskinan, tidak mempunyai anak membuat orangtua menderia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun