Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 152-154

2 Juni 2018   06:22 Diperbarui: 2 Juni 2018   08:14 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Bukan tak berani datang karena takut dihamuk calon mertua gila ?" skak Yolana.

" Takut juga sih. Tapi sungguh, makcik, mesin es kami sedang dicuci, aku membantu mengawasi pekerja."

" Alasan saja ! Gimana pesanku? Sudah disampaikan ke suamiku ?" tanya Yolana.

" Sudah, makcik. Pakcik bilang besok dia kemari."

" Bagus kalau begitu."

" Kuucapkan terima kasih karena makcik telah menolong Awai. Akan kubalas kebaikan makcik. Jika butuh sesuatu, katakanlah, Aku pasti melaksanakan perintah makcik sesegera mungkin. "

" Aku tak butuh apa apa. Awai yang butuh istirahat. Ajaklah dia berjalan-jalan. Jangan hanya ke kantin. Ajak nonton ke bioskop. Nih, duit buat membeli karcis. " Yolana membuka dompet, mengambil beberapa lembar duit dan ingin diserahkan ke Tiong It.

Awai kaget mendengar omongan Yolana. Kenapa Yolana begitu baik padanya ?

" Tak usah, makcik. Aku punya duit. Simpanlah duit makcik. Aku akan membayar dengan uangku. Untuk Awai, itu kewajibanku." Kata Tiong It berusaha digagah-gagahkan.

" Aku tak bisa pergi, Tiong It. Aku harus menjaga papa. " Tolak Awai.

" Tak usah kuatir, Awai. Pergilah. Aku yang menjaga ayahmu." Kata Yolana santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun