Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 134-136

24 Mei 2018   08:31 Diperbarui: 24 Mei 2018   08:43 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tan Suki melihat keraguan di wajah Awai dan Tiong It. Ia menggerakkan tangannya, menyuruh keduanya berlalu dari hadapannya.

Tiong It mengambil tangan Awai, diajaknya ke kantin. Ia memesan 2 gelas teh dingin. Keduanya duduk saling diam. Awai memikirkan tulisan papanya di tangannya. Ia senang bisa berduaan dengan Tiong It, dan itu direstui papanya. Wajahnya bersemu merah.

" Makcik Yo ngomong apa hari ini ?" tanya Tiong It. Ia ingin mendengar suara Awai. Diam memang asik, tapi mendengar suara Awai lebih asik.

" Tak sabar ingin punya anak tabung. Dia mengajakku menemaninya ke Dumai. Kubilang aku tak bisa, aku harus menjaga papa. "

" Pasti dia marah, " tebak Tiong It.

" Dia bukan marah padaku. Dia marah pada papa, entah kenapa makcik mengatakan papa menghalangi kebahagianku, menjadi bebanku, menyusahkanku. Papa menangis mendengar tuduhan makcik Yo. " wajah Awai muram seakan langit sedang diselimuti awan hitam.

" Jangan dimasukkan ke hati. Makcik Yo memang begitu mulutnya. Mungkin karena itulah ia tak punya anak." Ucap Tiong It.

" Kamu percaya dia terkena kutukan?" tanya Awai.

" Percaya, tapi bukan gara-gara menyepak Samson. Aku lebih percaya mulut kasarnya yang menyebabkan seseorang marah dan mengutuknya. "

Awai terdiam. Kemungkinan itu memang lebih pas untuk menggambarkan karakter seorang Yolana. " Kurasa suaminya penyabar. "

" Sabar karena tak mau ribut dengan istrinya. Aku jadi penasaran seperti apa bentuk wajah pakcik Hoki."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun