Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 114-116

17 Mei 2018   07:23 Diperbarui: 17 Mei 2018   07:32 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Aku akan mengucapkan terima kasih."

" Setelah itu menyuruhnya pulang ?"

" Tidaklah. Kusilahkan dia duduk, kusuguhi minuman, kutanyai kenapa setiap hari mengirim bunga untukku. Darimana dia mendapatkan bunga ros. "

" Kalau dia pernah berbuat salah padamu ?"

" Aku akan menganggap dia sudah meminta maaf lewat bunga-bunga yang dikirimnya setiap hari."

" Apa itu berarti kamu memaafkannya ?"

" Tentu. Seberat apapun kesalahannya, akan kumaafkan."

" Boleh kupegang janjimu ?"

" Tentu. Percayalah, makcik. Awai bukan pen-dendam. Bahkan seandainya bunga ini kiriman So Ting Ling atau Kam Bing Ti, aku akan memaafkan mereka."

Yolana tersenyum mendengar omongan Awai.

Sore ini Suster Sarifah masuk hanya memberi obat dan teko air, tidak ada setangkai bunga ros sebagaimana biasanya. Entah kenapa Awai merasa hatinya kosong seakan kehilangan sesuatu. Ia menengok ke arah Suster Sarifah 3 kali yang berjalan membagikan obat dan teko. Setelah habis, Suster Sarifah langsung keluar. Hati Awai semakin kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun