Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Awai 108-110

15 Mei 2018   08:08 Diperbarui: 15 Mei 2018   08:08 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasien di sebelah kanan Tan Suki adalah seorang wanita parobaya yang sakit rematik hingga tak bisa berjalan. Kakinya bengkak hingga sebesar tongkat rumah. ( tongkat rumah= fondasi yang terbuat dari semen berbentuk piramida tapi ujungnya datar). Namanya Yolana. Yolana suka memerhatikan Awai saat menyuapi papanya makan. Ia kagum melihat cara Awai merawat papanya.

" Kalau aku punya anak lelaki, pasti kujodohkan padamu, nak." Kata Yolana saat Awai duduk santai setelah jam 2 siang. Saat seperti itu Tan Suki tidur hinga jam 4 sore.

Awai tersipu mendengar omongan Yolana.

" Apa semua anak ibu perempuan ?" tanya Awai.

" Anakku mati semua. " wajah Yolana berubah keruh.

" Yang merawat ibu itu bukan anak ibu? " tanya Awai.

" Bukan. Pembantu yang digaji suamiku."

" Kenapa anak ibu bisa meninggal?" tanya Awai.

" Aku dikutuk orang. Setiap melahirkan anakku mati. "

Awai bergidik mendengar omongan Yolana. " Dikutuk? Apa ada orang sejahat itu ?" tanya Awai dengan nada tak percaya.

" Ada lah ! Orang jahat bersepah di dunia." ( bersepah = bertebaran, ada disana sini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun