Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 79-82

4 Mei 2018   07:55 Diperbarui: 4 Mei 2018   08:39 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari pertama lewat begitu saja oleh kesibukan mempersiapkan persembahan. Awai dan Akun tidak ke sekolah. Keduanya diminta ibunya mengabari saudara dan famili yang tinggal di sekitar Bengkalis.

Malam itu diadakan persembahan. Abang tertua Awai yang bernama Akian harus bersembahyang dipandu oleh paranormal. Tak seorang pun diijinkan menonton. Jika ada yang mencuri lihat, penyakit akan berpindah ke tukang intip. Ancaman itu membuat Awai memilih bersembunyi di dalam kamar, tidak melakukan apapun kecuali berdoa bagi kesembuhan ayahnya.

Jam 10.30 Akian masuk bersama paranormal. Paranormal mengatakan besok pagi Tan Suki akan siuman, normal sebagaimana biasanya, pada jam 5.30 pagi. Semua percaya omongan paranormal. Huina memberi pararnormal sebungkus angpao. Isinya hanya yang bersangkutan yang tahu.

Semua berusaha tidur, namun sulit melelapkan mata berhubung capek hari ini pontang panting mengurus pengobatan Tan Suki.

Pagi berikutnya jam 5.30 semua merubung di samping ranjang Tan Suki, Huina berusaha membangunkan suaminya. Mata Tan Suki berputar, lalu berputar sekali lagi. Dipanggil tidak menjawab. Digerakkan tak bisa bergerak. \

Omongan paranormal tidak terbukti. Huina meraung-raung meratapi kemalangan yang menimpa keluarganya. Jam 8 ada yang mengusulkan agar memanggil dukun kampung. Diundanglah Tok Samat Selamat ke rumah Tan Suki.

Tok Samat datang bersama Akian. Lumrah jika tamu disilahkan masuk lewat pintu depan. Jika sudah akrab barulah boleh nyelonong lewat pintu belakang. Tok Samat berdiri di depan pintu, menahan langkahnya, tak jadi melangkah masuk, bahkan berputar dan berjalan ke pintu belakang. Semua heran melihat tingkah Tok Samat.

Sesampainya di pintu belakang, Tok Samat tidak langsung masuk, melainkan berjalan ke pohon durian. Ia mengamati kedua pohon yang tumbuh berjarak 10 meter. Ada dahan yang saling bersenggolan, mirip bayangan raksasa sedang berkelahi. Mulut Tok Samat bergerak-gerak, mirip membaca doa. Setelah diam selama 10 menit, Tok Samat berjalan ke pintu belakang.

" Di sini pak Tan kehilangan separo rohnya." Kata pak Samat. Anggota keluarga yang menemukan tubuh Tan Suki mengangguk, membenarkan omongan Pak Samat.

" Separo rohnya ditawan Hantu Jambut Berbulu. Itu sebabnya pak Tan tak sadarkan diri,"

Omongan Tok Samat membuat semua merinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun