Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 67-70

30 April 2018   08:22 Diperbarui: 30 April 2018   09:29 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu mereka sekelas di kelas 1 dan 2, entah kenapa di kelas 3 ia terpisah dari Siumei dan Kana. Sekarang mereka hanya bertemu pada jam istirihat. Sebentar lagi Ebtanas, dan setelah itu tamat. Siumei mengatakan setelah tamat akan bekerja ke Malaysia, karena gaji di Malaysia 3 kali gaji penjaga toko di Bengkalis. Kana juga ingin ke Malaysia, bukan untuk bekerja, melainkan untuk memperdalam ilmu photografi.

Away merasa nasibnya terkatung-katung. Di Bengkalis tidak ada pekerjaan lain selain menjaga toko dan menjahit. Menjahit ia tak hobbi. Menjaga toko gajinya kecil. Ia tak mungkin ikut Siumei berhubung tak kenal siapa-siapa di Malaysia. Paling ia tetap dengan pekerjaan menjala ikan, membantu ibunya memasak, menunggu dilamar orang.

" Ada titipan surat buatmu, " Kana mencegatnya saat ia pulang sekolah. Kana merogoh tasnya, lalu menyodorkan sebuah amplop putih.

" Dari siapa ?"

" Penggemarmu. Baca, nanti kita diskusikan. Nanti sore aku ke rumahmu. Maaf, aku buru-buru." Kana langsung berlari pergi untuk bergabung bersama Siumei, keduanya berboncengan berhubung Siumei tak punya sepeda.

Awai menatap amplop itu, hanya ada satu kalimat ditulis di depan amplop, Tertuntuk : Tan Hwa Wai. Awai membalik belakang amplop. Tidak ada nama pengirim. " Penggemar rahasia ? " Baru saja Awai ingin membuka amplop itu, amplop itu telah berpindah tangan. Kam Bing Ti bersepeda lewat di samping Awai, menyambar surat itu.

" Waha !!! Ayo rebut kembali kalau bisa !!!" teriak Kam Bing Ti.

Awai terbengong melihat suratnya direbut Kam Bing Ti. Jelas tak mungkin ia meminta kembali. Ia ingin pasrah ketika sebuah sepeda dari arah lain menabrak sepeda Bing Ti hingga Bing Ti terguling dari sepedanya. Awai mengaduh ketika melihat pengendara sepeda itu ternyata Timpang. Timpang juga terjatuh. Awai segera membantu Timpang.

" Aduh, pinggangku patah, " keluh Timpang sambil memegang bokongnya.

Bing Ti terluka di lutut, lukanya lumayan lebar. Pedih dan sakit. Amplop terjatuh dari tangannya. Ia kesakitan hingga lupa peduli terhadap amplop rampasannya.

" Hei jahanam. Siapa suruh kamu menabrakku ! Aku terluka, ayo antar aku ke rumah sakit," bentak Bing Ti sambil menahan sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun