Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Namaku Awai 21-24

19 April 2018   08:33 Diperbarui: 19 April 2018   08:42 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Belum punya uang, tunggu aku kaya dulu," balas Bing Ti. " Orang Bengkok kayak kamu otaknya miring, kok masih ingat aja utangku. Apa perlu kuganti namamu jadi si Otak Miring ?"

Awai kesal diledek terus. Ia mencari buah bintaro, melempar 10 buah bintaro secara bergiliran ke arah Bing Ti. Bingti lari terbirit birit menghindari bidikan Awai, ia ikut mencari buah bintaro. Keduanya saling melempari hingga teman teman yang lewat meledek mereka pacaran.

Pulang sekolah kembali Awai mengecek ke dermaga. Tidak ada Kuiyi, mayat yang terapung itu ikut menghilang. Mungkin tenggelam dibawa ombak atau hanyut ke pulau Sumatra. Awai merangkap tangan di dada, berdoa untuk ketenangan arwa Kuiyi di alam baka.

Pulang ke rumah dilihatnya Akun dan Ani sedang makan, ia berganti baju dan ikut bergabung. Ani lebih duluan selesai, langsung pergi bermain ke rumah tetangga. Awai bertanya pada Akun.

" Semalam kamu kembali ke dermaga untuk mengambil kayu bakar, apa kamu melihat Kuiyi di dermaga."

" Betul. Kulihat dia berbaring di ujung dermaga, sedang memegang perut. "

Celaka ! Pasti saat itu racun sudah bekerja. Kuiyi benar benar sudah mati. Apa aku harus melapor ke yayasan sosial? Kalau mayat Kuiyi hanyut, tidak ada mayat untuk dikuburkan, melapor atau tidak sama saja, toh tidak ada yang peduli, pikir Awai.

Di sekolah ada seorang anak timpang, namanya Si Timpang. Kakinya panjang sebelah, telapak kakinya cacat, beberapa jari menyatu hingga mirip telapak kaki bebek. Pada mulanya semua menyangka karena kakinya timpang makanya diberi nama si Timpang, ternyata nama di akte kelahirannya Sie Tim Pang.

Si Timpang berteman baik degan Awai. Hal itu membuat Kam Bing Ti selalu mencari alasan untuk mengolok-olok Si Timpang. Terkadang, bila Si Timpang sedang naik sepeda, berhubung kakinya panjang sebelah, gowesannya tidak lancar. Bing Ti sambil lewat mendorong tempat barang sepeda Si Timpang, akibatnya Si Timbang terprosok ke dalam got.

" Hahahaaa... bebek suka main lumpur sambil makan cacing tanah, ayo sodokkan cocormu ke lumpur got. " ejek Bing Ti, sengaja berhenti untuk memuaskan ledekannya.

Awai yang tahu kenakalan Bing Ti, selalu mengekori Si Timpang saat pulang. Ia menyandarkan sepeda, membantu Si Timpang keluar dari parit, membantu Timpang menaikkan sepeda. Bing Ti semakin tak suka melihat kebaikan Awai pada musuhnya. Ia mengempesi ban sepeda Awai, lalu pergi sambil ketawa ketiwi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun