Sore ini ikan melimpah. Hanya 3 kali mengangkat jaring sudah terkumpul sebakul ikan. Mereka pulang jam empat.
" Ce, aku pergi main bola sebentar ya, tolong potong kayu bakar setumpuk, aku tak ingin dihamun mama." Pinta Akun.
Awai menganggukkan kepala. Secara umur, Akun lebih muda setahun, tapi tubuh Akun lebih tinggi, badannya lebih tegap, akibatnya banyak yang menyangka Akun lebih tua setahun dibanding Awai.
Akun melesat pergi dengan sepedanya. Awai menetak (memotong) setumpuk dahan bakau. Disusun dahan bakau itu menutupi bakul agar ikannya tak dilarikan kucing atau anjing liar. Ia duduk di pinggir dermaga. Kakinya dikepak-kepak untuk menyepak air. Air sedang pasang. Dermaga terendam di bagian ujungnya. Kepak hurup T-nya hampir tak kelihatan. Di tengah dermaga air berjarak selutut dari landasan.
Dahan bakau bergoyang-goyang. Seseorang sedang nangkring di dahan bakau. Awai kaget melihat wanita gila itu sedang menggantung sarung di dahan bakau, batang kayu itu ditaruh di tengah sarung, lalu sarung didorong maju mundur seperti seorang ibu yang sedang mengayunkan buaian yang terbuat dari kain.
" Anakku bermain air di dermaga,
Kakinya menyepak udara...
Buaya menyambarnya...
Anakku diterkam buaya...
Tralalalalala..."
Nyanyian itu membuat bulu roma Awai berdiri. Benarkah anak wanita gila ini diterkam buaya ? Apakah gara gara anaknya diterkam buaya makanya wanita ini menjadi gila lalu menyangka sepotong kayu itu anaknya ?