Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and The Beast" [56]

18 Maret 2019   06:06 Diperbarui: 18 Maret 2019   06:21 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


" Enggalah. Apa yang diherankan. Kamu pria bertekad, aku suka pria yang bertekad. Lagian, kamu sudah berjanji akan bertahan di rumah itu. Bagiku itu artinya kamu pria bernyali." Widia tersenyum lebar sambil memperlihatkan gigi putihnya.
" Kamu pasti ingin mengatakan kecelakaan yang kualami kali ini tak berkaitan dengan hantu di rumahku, ini murni kecelakaan, dan biayanya harus kutanggung." Kata Aldi lesu.
" Tidak. Ada yang melihatmu didorong hantu itu hingga tertabrak. Jangan kuatir, kalau kamu mengatakan tetap bertahan, biaya rumah sakit kami yang tanggung. Oke, kan ?"
Aldi tak merasa ia didorong hantu, tapi jika Widia mengatakan akan menanggung biaya perawatannya, dengan senang hati diterima, buat apa ditolak. " Oke, aku akan bertahan." Kata Aldi dengan perasaan lega. Baginya tak keluar duit itu paling utama. Demi kuliah adiknya.
" Nah, begitu donk, baru Aldiku, " Widia merunduk, mengecup dahi Aldi, pas di saat itu pintu terbuka dan Jean masuk sambil membawa sekotak cake entah apa. Widia cepat-cepat menjauhkan wajahnya.
" Kamu lagi ?!" seru Jean tak senang.
" Kenapa selalu aku yang mendahuluimu, Jeanita Juwita ? Apa karena kamu species lamban semacam kura kura atau belatung ? " suara Widia mengejek, seakan keduanya musuh berat.
" Mulutmu bau, minta kuamplas biar ngomongnya sopan. Aldi, jangan mau dikecup wanita murahan seperti dia, nanti kamu ketularan penyakitnya !"   suara Jean menggelegar.
" Siapa cepat dia dapat, kamu lamban makanya masih jomblo, kasihan deh lu. Aldi punyaku. Catat itu ya !" Widia menyambar tasnya dan berjalan keluar. Jean sangking geram melempar cake yang dibawanya, Widia segera menutup pintu. Cake berserta kotaknya menghantam pintu. Jean berbalik menatap Aldi dengna wajah beringas.
" Sejak kapan kamu berubah murahan kayak gitu ?" serang Jean.
" Aku sedang sakit, Jean, aku tak bisa mengangkat kepala, mana mungkin aku mengelak." Dalih Aldi.
" Bilang aja kamu suka perempuan genit itu !" tuduh Jean.
Aldi ragu, tapi lebih mendinglah pacaran dengan Widia ketimbang Jean. Paling tidak sikap Widia lebih lembut. " Kamu pelit memberiku naskah, gimana aku menyukaimu, "  balasnya.
" Pelit apaan! Tuh, belum sadar aja sudah kusediakan naskah buatmu. Masih juga aku dibilang pelit, huh, dasar tak tahu berterima kasih." Umpat Jean dengan muka ditekuk.
Mata Aldi tak berkedip saat menatap naskah. Dikiranya itu naskah lama, ternyata Jean peduli padanya. Tatapannya berubah lembut. " Ya deh, aku salah menilaimu. Jean emang baik. Aku berterima kasih padamu."
" Janji dulu, lain kali jangan mau dicium betina genit itu !"
" Enggalah. Tadi aku gak minta dikecup kok. Entah kenapa dia berubah jadi begitu akhir-akhir ini. " elak Aldi.
" Dia mau kamu bertahan di rumah itu, supaya setelah setahun dia bisa menjual rumah itu dengan komisi besar. Percayalah padaku, itu tujuannya." Wajah Jean berkurang galaknya.
Aldi merasa ada nada kecemburuan yang didengarnya, tapi rasanya masuk akal juga. Terkadang omongan Widia agak sulit dimengerti, seperti angin yang gampang berubah arah di musim pancaroba. Ia harus hati-hati menghadapi Widia.

Slamet merasa aneh. Malam ini saat pulang ia melihat Melli duduk di depan rumahnya, seakan sedang menunggunya. Ia menilai gadis itu jinak-jinak merpati. Dikejar lari, tak dikejar datang sendiri. Slamet tersenyum simpul sambil mematikan mesin.
" Kemarin kenapa kabur ?" tanya Slamat ketika melihat Melli diam saja.
" Kebelet ke wc, " jawab Melli lesu.
Slamet tertawa,. " Di rumahku ada wc, "
" Benar nih boleh numpang BAB  di rumahmu ?"
" Boleh.  Untuk gadis secantik kamu semua boleh, " rayu Slamat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun