Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Beauty and The Beast" [48]

6 Maret 2019   06:45 Diperbarui: 6 Maret 2019   07:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangan bercadar itu berjalan menuju ke belakang. Di belakang kelenteng ada tumpukan kursi dan meja, di salah satu meja terdapat beberapa piring, isinya buah-buahan dan kueh, barang sembahyang yang tidak dibawa pulang oleh penderma.

Seorang pria tua sedang minum teh sambil duduk, menoleh ke bayangan itu, menatap bayangan bercadar dengan tatapan kasihan, lalu meraih sebuah bungkusan untuk diberikan pada bayangan bercadar.
" Ambillah,"

Bayangan itu maju, menerima pemberian itu, menundukkan kepala, agak bersoja dengan sikap hormat. " Makasih, Akong."
Penjaga kelenteng mengangguk. Bayangan bercadar itu  mundur beberapa langkah, balik badan, dan melangkah pergi. Aldi kembali mengekori bayangan itu. 

Bayangan itu berjalan ke arah datangnya, saat tiba di Kemenangan, berhenti tepat di depan rumah kakek Tosan, berdiri diam sambil menatap ke lantai atas, lalu meneruskan perjalanan, berbelok ke sebuah gang kecil, tiba di tengah gang bayangan itu berhenti mendadak. Aldi yang mengekori ikut berhenti. Bayangan itu menoleh ke belakang, Aldi tertangkap basah sedang mengekorinya. Bayangan itu berseru. " Kau !"  lalu bayangan  itu berlari kencang.

Aldi mengejar. Ada banyak pertanyaan berkecamuk di benaknya. Dilihatnya bayangan itu berlari lurus, melewati gang yang sempit, tidak memanjat ke tembok, ia ingat dulu bayangan itu bisa merayap di tembok seperti cecak, kenapa kali ini berlari seperti manusia ? Apa karena menenteng bungkusan makanya bayangan itu tak bisa memanjat tembok ?

" Jangan lari. Aku hanya ingin bicara padamu. Wahai hantu bercadar, aku hanya ingin meminta kelonggaranmu. Izinkan aku tinggal hingga setahun, setelah itu akan akan pergi,"

Bayangan itu terus berlari. Setibanya di ujung gang bayangan itu berbelok, larinya cepat sekali. Aldi ketinggalan semakin jauh. Akhirnya bayangan itu menghilang kala tiba di depan Gang Bahagia.  Aldi ngos-ngosan, sambil menenangkan nafas ia berusaha mencari dimana hantu bercadar itu bersembunyi. Ia menatap ke  genteng. Bayangan itu mendekam di genteng. Aldi mati kutu. Ia tak mampu naik ke genteng, apalagi tengah malam begini. Pasti orang meneriakinya maling. Mau tak mau ia masuk ke rumah dengan semakin banyak pertanyaan berkecamuk di benaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun