Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Beauty and the Beast" [35]

16 Februari 2019   05:50 Diperbarui: 16 Februari 2019   06:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengungsi akan menghabiskan banyak biaya. Menginap di hotel Singapura semalam paling murah 100 dollar, padahal rupiah sudah terpuruk hingga satu dollar Singapura mencapai 6200 alias terkoreksi hampir 1000% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Mengungsi akan membuat mereka jatuh miskin. Itu yang dipikirkan semua orang. Lalu, tiba-tiba, terdengar teriakan panik, bahwa Glodok sudah dijarah dan dibakar. Para perusuh mengepung disana-sini. Oyong Tosan tak berani pulang. Ia dan beberapa temannya bersembunyi di lapak Haji Malik yang sehari hari menjual  kelapa muda.

Berkat ditimbun dengan kulit kelapa  Oyong Tosan selamat dari kematian. Ia bersujud pada Haji Malik sebagai ungkapan terima kasih. Haji Malik memintanya bersembunyi hingga aman barulah pulang.

Saat ia kembali ke jalan Kemenangan, rukonya masih utuh, tapi barang-barangnya habis dijarah. Pintu rumahnya hancur. Ia berusaha mencari istri, anak, menantu dan cucunya. Ia mencari kemana-mana. Beberapa yang selamat mengatakan, perusuh mengiring serombongan orang ke sebuah bangunan tua, dikurung di bangunan itu, kemudian menyiram bensin dan membakar bangunan itu.

Oyong Tosan bertanya dimana bangunan itu. Ia ingin mencari jenazah keluarganya. Begitu simpang siur kabar yang didengarnya hingga ia terpaksa mencari kesana sini. Hasilnya nihil.

Hari keempat ia berhasil mengendus kabar istri, anak, dan menantunya berhasil lolos dari kejaran perusuh, ikut sebuah mobil pengungsi ke arah bandara. Ia berhadap keluarganya selamat. Celakanya, mobil itu dicegat orang tak dikenal di sebuah jalan sunyi. Tujuh jenazah ditemukan terbakar bersama mobil itu. Semua dalam kondisi hangus hingga sulit dikenali.  Tidak ada anak berusia belasan tahun dalam mobil itu.
Oyong Tosan menganggap  di antara ke-7 korban itu tiga diantaranya adalah istri, anak, dan menantunya. Ia mengebumikan ketujuh jenazah itu. Ia percaya cucunya masih hidup. Sejak itu hidupnya hanya digunakan untuk mencari cucunya, dan pencariannya selalu berakhir sia-sia, hingga sekarang.

Kepalanya berkunang-kunang. Ia mencium bau harum herbal yang sedang dimasak. Ia hapal bau obat yang sering diminumnya. Lalu telinganya menangkap suara orang bernyanyi. Ia hapal itu nyanyian yang sering didengungkan Melli kala berusia 11 tahun. Tiba tiba nyanyian itu berhenti. Tosan merasa tubuhnya diraba seseorang. Rabaan yang halus, mirip disenggol kucing siam berbulu halus.

" Kakek, kakek Tosan... Bangun donk.. kek... Ini aku... Melli... aku datang menjenguk kakek... ayo bangun, kek... ayo ikut Melli ke dapur... Melli memasak obat untuk kakek... Melli ingin kakek sembuh... Kek.. kek..."

Suara itu begitu halus, mirip suara yang dikirim dari surga. Sudah belasan hari penyakitnya kambuh, penyakit asma membuatnya sulit bangun dari tempat tidur.

" Cucuku ! Kamu masih hidup !!!" seru Tosan dengan kegembiraan meluap. Ia melihat bayangan samar-samar berdiri di depannya, sedang menarik tangannya.

" Kek... ini aku, Melli. Ayo ikut aku ke dapur. Melli memasakkan obat untuk kakek. Kakek harus minum obat. Melli ingin kakek sehat."
" Kamu masih hidup! Aku yakin kamu masih hidup! Aku tak percaya kamu sudah mati ! Kamu pasti bertahan hidup demi kakek. Mel ! Kakek hidup demi menemukanmu, supaya kakek bisa mewariskan ketiga ruko yang kumiliki padamu !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun