Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and The Beast" [34]

15 Februari 2019   07:01 Diperbarui: 15 Februari 2019   07:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episode 34

" Terkadang aku menatapnya hingga terkesima, membayangkan,----"
" Sakau !!! Jangan mengamatinya lagi ! Lama-lama  kamu jatuh cinta padanya ! Ingat ! Kalau dia berhasil bertahan setahun di rumahmu, kamu yang terusir dari rumahmu !"
Kepala Meilan tersentak, seakan ia disundut puntung rokok. " Gaklah. Aku hanya mengawasinya, gak bakal jatuh cinta padanya."
" Awas kalau kamu jatuh cinta padanya. Putus persahabatan kita !" ancam Melli.
" Jangan takut. Kita tetap bersahabat sampai akhir zaman. " Meilan merangkul sahabatnya semakin erat. Keduanya berpelukan. " Oh ya, dia meninggalkan ampas obat itu di panci, akan kuambil, obat itu bisa direbus 3 kali. " kata Meilan.
" Percuma ! Kakekku tak sudi meminum gara gara kedatangan si Kencing di Botol, " Melli cemberut hingga wajahnya berkerut-kerut.
" Kubawa ke rumah kakekmu, kurebuskan disana. Setelah aku pergi, kamu pancing kakekmu ke dapur. Kakekmu pasti mengira obat itu direbus olehmu, " kata Meilan.
Melli memeluk sahabatnya semakin erat. " Aku sayang padamu, dari hidup hingga mati kita selalu bersama. Jangan jatuh cinta pada si Kencing di Botol ya..." suara Melli memelas.

Meilan mengangguk. Ia berjalan ke pinggir genteng, merayap turun ke lantai dua, membuka pintu. Saat melewati kamar Aldi ia mengintip lewat celah pintu. Dilihatnya Aldi sedang menulis sesuatu di laptop. Meilan mengintip hingga terkesima. Tanpa terasa ia menjilat bibirnya.

Andai kamu melihat wajahku, apa kamu tidak lari terbirit-birit, Aldi ? Andai kamu tahu kamu tinggal bersama seorang yang berwajah buruk rupa sepertiku, apa reaksimu, Aldi ? Kamu pasti langsung kabur tanpa memikirkan uang masuk perguruan tinggi bagi adikmu. Kamu pasti angkat kaki dari rumah ini. Haruskah kuperlihatkan wajahku agar kamu ketakutan dan pindah dari rumahku?

" Aahhhhh, sudah jam 10 malam. Istirahat ahhh,"
Meilan kaget melihat gerakan Aldi yang sedang menutup laptop. Buru-buru ia ke belakang, menyambar panci berisi abuk herbal, menghilang dalam kegelapan.

Aldi selalu mengedit hingga jam 10 malam. Terlalu lama membaca tidak baik untuk kesehatan mata. Paling tidak harus diistirahatkan sejenak.  Jam 10 belum terlalu malam. Ia berani pipis ke kamar mandi. Saat ia membuka pintu kamar matanya terbelalak. Pintu belakang terbuka. Angin bertiup masuk lumayan kencang. Sudah lama ia tak mengalami gangguan. Apa roh Melli-Meilan kembali mengganggunya?

" Tolonglah, aku mohon, demi kuliah adikku, izinkan aku tinggal bersama kalian selama setahun. Aku berjanji akan pergi setelah genap setahun. Tolong mengertilah kesulitanku. Aku hanya numpang tidur. Aku tak mengganggu rumah kalian, tidak mengganggu kalian, tidak mengusir kalian. 

Tolonglah..." sambil memegang jimat Aldi berjalan ke pintu. Matanya kembali terbelalak saat menatap ke kompor. Pancinya hilang. Padahal tadi ia berniat sambil ke kamar mandi sekalian  mencuci panci.
Ia menutup pintu, tak jadi ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar dan mencari botol air mineral untuk menampung urinenya.

Begitu pintu ditutup, sosok yang bersembunyi di luar  bernafas lega. Panci masih dipegangnya. Panci itu tak berpenutup. Agak sulit membawanya.
" Sialan, hampir kepergok. " desah Meilan. Ia menuruni tembok dengan bantuan seutas tali, memegang panci membuatnya tak bisa merayap turun layaknya cecak. Lagian tak ada Melli yang membantunya. Melli pasti sibuk menjaga kakeknya.

Setibanya di bawah,  Meilan meletakkan panci, mengikat kain penutup wajahnya agar jangan lepas jika diterpa angin kencang atau direnggut seseorang. Ia berjalan layaknya mahluk hidup berkaki dua. Membawa panci membuatnya tak bisa berlari di atas genteng, tidak juga di jalan raya. Nanti ada yang curiga dan berusaha menghentikannya, atau meneriakinya maling.

Setelah belok 3 kali, ia tiba di jalan Kemenangan. Ia mendorong pintu. Pintu terbuka. Ia naik ke atas. Ia mengintip ke kamar Kakek Oyong. Melli sedang menjaga di samping kakeknya. Meilan ke dapur, membuka kompor, memasukkan 3 gelas air ke panci bersih, menuang isi panci yang dibawanya ke panci yang airnya mulai menggelegak. Ia menunggu 2 jam. Lalu ia bergerak ke kamar kakek Oyong untuk memanggil Melli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun