Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Beauty and the Beast" [31]

12 Februari 2019   05:48 Diperbarui: 12 Februari 2019   05:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Keduanya sering mengganggu penyewa." tambah suaminya.

" Betul, aku mendengar pembicaraan mereka di lantai bawah sambil bermain batu, yang satu memanggil temannya Melli, dan yang lain memanggil temannya Meilan. Kalian kenal mereka ?" tanya Aldi.

" Kamu bisa mendengar omongan mereka ?" tanya yang pria tua dengan ekspresi kaget.
Aldi mengangguk.

Pasutri itu saling tatap, lalu menatap Aldi.

" Prana kamu lemah. Sebaiknya kamu meminta jimat keselamatan dari,---- agamamu apa ? " tanya si istri.

" Konghucu." Jawab Aldi. " Aku sudah punya jimat, pemberian seseorang. Kalau memakai jimat aku belum pernah mengalami gangguan. Itu, yang dibawa ke lapak bakpao itu akibat aku tidak membawa jimat." Aldi menjelaskan, supaya tidak disuruh sembarang meminta jimat. Ibunya berpesan, jimat ada yang baik dan ada yang berdampak buruk, jimat negatif bisa menuntun pemakainya melakukan hal-hal terlarang.

" Siapa namamu ?" tanya pria tua itu.

" Namaku Aldi Nofian."

" Saya Joni, istriku Alianis, ini anakku Julianto." Joni mengenalkan anggota keluarganya. Mereka bersalaman. Julianto menyerahkan sebungkus obat pada Aldi, berpesan agar obat itu direbus dengan 3 gelas air hingga tinggal segelas barulah diminumkan pada pesakit. Tampaknya mereka tidak tertarik untuk bertanya lebih lanjut untuk siapa obat itu akan diberikan. Aldi bertanya berapa ia harus membayar. Lumayan mahal juga, sebungkus 40 ribu, bisa diseduh 3 kali untuk diminum 3 hari.

Aldi membawa bungkusan itu pulang. Ia merebus obat itu dengan panci yang biasa ia gunakan untuk memasak mie instant. Lama juga menunggu air rebusan itu  menguap dua pertiga bahagian. Lebih dari 2 jam. Saat ia mematikan kompor, sudah jam 7.15 malam. Ia merendam panci dengan air dingin. Tak mungkin ia membawa panci atau gelas, cairan itu dimasukkan ke dalam plastik eks potato chip dan ditenteng menuju jalan Kemenangan.

Hari belum terlalu malam. Masih banyak kendaraan lalu lalang di jalan Kemenangan. Aldi mengetuk pintu. Pintu tidak dibukakan. Aldi menggedor, tidak juga dibukakan. Apa karena tidak menepati waktu makanya ia tidak dibukakan pintu ? Aldi mundur beberapa langkah. Ia melongok ke atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun