Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Beauty and the Beast" [09]

16 Januari 2019   05:56 Diperbarui: 16 Januari 2019   06:09 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Episode 09

Demi mengejar tambahan penghasilan setiap malam Aldi mengedit hingga jam 10 malam. Matanya keletihan. Ia keluar berangin-angin. Malam ini purnama bersinar terang. Bulan terlihat agak merah dan penuh. Indah menghiasi langit, membuat bintang-bintang tidak terlalu kelihatan. Dibawanya sebungkus potato chip dan berjalan tanpa tujuan. 

Akhirnya ia tiba di samping  Kali Krukut.

Kakek itu berdiri disana, sedang menuang cairan dari sebotol eks air badak ke 3 cawan kecil yang dikeluarkan dari saku celananya. Aldi mendekati kakek itu. Jika gadis bercadar yang bisa menghilang itu cucu kakek ini, dengan sering membantu kakeknya membakar kertas sembahyang, Aldi berharap hantu itu tidak mengganggunya.
" Kamu lagi," gumam kakek itu. " Kenapa kemari ?" tanya kakek itu.
" Sedang mengistirahatkan mata, kek." Jawab Aldi.
" Mengistirahatkan mata ?"
" Pekerjaanku mengedit naskah. Mengetik, membetulkan tulisan. Terlalu lama menatap monitor membuat mataku letih. " Aldi menerangkan. " Kubantu, boleh, kek ?" tanya Aldi. Dilihatnya kakek itu sedang membuka tali pengikat kertas sembahyang.

Aldi diberi seikat sedang. Kakek itu menghidupkan korek api, membakar beberapa lembar, ditaruh ke tanah, dijaga agar jangan mati. Aldi ikut berjongkok. Api belum membesar, Aldi menaruh hati hati. Tangan kakek itu cepat sekali. Pasti sudah sering membakar kertas akherat di sini.

" Setiap malam mengirim uang untuk cucu, kek ?" tanya Aldi hati-hati.
" Tidak. Hanya sesekali." Kakek itu habis membakar seikat, punya Aldi masih separo. " Cucuku semasa hidup suka jajan. Suka keluyuran. Aku takut dia kelaparan di akherat."

Kepercayaan agama tertentu, mengirim kertas akherat artinya setibanya di akherat kertas berlambang emas berubah menjadi uang emas, uang berlambang perak berubah menjadi uang perak. Nilainya tergantung besarnya cetakan emas/perak ke kertas yang akan dibakar.

" Jajan apa, kek ?" tanya Aldi.
" Semua makanan yang dijual di Glodok ingin dicobanya."

Aldi menilai kakek ini pasti kaya. Kalau tidak, mana mungkin mengirim  kertas akherat yang harganya seikat 18 ribu. Semasa hidup cucunya pasti dibekali uang jajan  berlebih barulah bisa jajan dengan mewah.

" Aku baru pindah, belum mencoba semua makanan disini." Kata Aldi.
" Aku tahu. Umurmu berapa ?"
" Dua puluh lima,"
" Seumuran dengan cucuku. "
" Maksud kakek, pada tahun 98 cucu kakek seumuran denganku ?" tanya Aldi.
" Bukan, " wajah kakek itu memuram." Jika ia masih hidup, seumuran denganmu."
" Oh. "

Kakek itu menangis. Kertas sembahyang terjatuh dari tangannya, Aldi memungut dan mengembalikan. Kakek itu menangis semakin keras. Aldi berkesimpulan kakek ini pasti sangat menyayangi cucunya. Apakah kakek ini hanya punya satu satunya cucu ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun