Biasanya minuman dingin ketemu hawa panas, memang cocok banget. Kalau minuman dingin ketemu hawa dingin? Boleh juga dong. Apalagi kalau ujung-ujungnya juga membuat segar seperti yang ditawarkan Es Teh Kampul.Â
Soalnya kala temperatur merosot tajam di tangan musim yang menghantarkan cuaca dingin, harapan untuk menikmati siraman hangat sinar mentari hanyalah tinggal mimpi belaka.Â
Langit sudah sendu membuat badan jadi seperti loyo, nggak bergairah, nggak mood gitu. Dilawan pakai minuman hangat sudah pasti mantap tapi kalau ditampol sama Es Teh Kampul, cerita bisa jadi lebih seru.Â
Kota Solo. The Spirit of Java! Ingatan akhirnya mengembara ke zaman dulu kala saya masih kecil. Setiap saya dan keluarga pulang ke Solo ketika libur Idul Fitri (papa saya asli orang Solo, asal Sukoharjo), tempat-tempat yang pasti kami kunjungi adalah Keraton Solo, Pasar Klewer, dan keluar Solo sedikit, ke Candi Borobudur. Hingga saya dewasa, meski berkali-kali sudah disambangi, tiap liburan sudah pasti auto pilot harus ke tiga tempat tadi.
Bukan sekedar kebiasaan tapi memang karena kami senang berada di dalamnya. Ke Candi Borobudur memang memakan waktu sekitar sejam berkendara dari rumah mbah tempat kami menginap yang ada di desa tapi kami sangat menikmati perjalanan. Tembang-tembang Iwan Fals dan Queen yang diputar papa di mobil juga tak pernah absen menemani.Â
Sepulang dari jalan-jalan itu biasanya kami makan di warung di pusat kota Solo dengan minumannya Es Teh Kampul biar segar lagi setelah dicekoki hawa panas dan capek. Sekarang saya jadi ingin menikmati Es Teh Kampul tapi kebetulan bukan di tengah hawa panas tanah air yang pas banget buat menenggak es teh, melainkan di kepungan cuaca dingin sekitar 6 derajat celsius di kota tempat tinggal saya di Prancis. Sebuah mood booster juga pastinya.
Es Teh Kampul atau sering juga dibilang Es Teh Krampul adalah minuman es teh khas Solo, Jawa Tengah. Kata papa saya "kampul" itu ya "kemampul" (bahasa Jawa) yang artinya mengapung. Mengapung mengacu pada irisan-irisan jeruk yang terapung-apung setelah berada di dalam air tehnya. Ciri khas Es Teh Kampul adalah irisan jeruk yang tidak diperas melainkan hanya diletakkan saja di dalam gelas dan semakin lama getah kulit jeruk melebur bersama air tehnya, semakin enak rasa tehnya.
Bahan-bahan membuat Es Teh Kampul sederhana banget. Tapi berhubung saya sedang tidak tinggal di tanah air, mencari bahan-bahan pengganti adalah pusing dan maklum adanya.Â
Semua bahan-bahan yang bernilai sederhana di Indonesia, bagi saya di Prancis adalah barang mewah. Sumpah, ketika melihat belimbing (carambole dalam bahasa Prancis) di Carrefour yang meski bukan diimpor dari negara kita melainkan dari Malaysia, rasanya bahagia banget. Hehe. Harganya pun eksotik, satu buahnya seingat saya 2,50 euro (sekitar 41 ribu rupiah).
Untuk membuat Es Teh Kampul pastilah perlu teh, aslinya pakai teh tubruk tradisional yang ada di Solo. Bukan hanya satu merk teh melainkan campuran dua atau tiga merk teh dengan karakteristik rasa yang berbeda-beda dalam segelas Es Teh Kampul.Â
Urusan campur-mencampur ini tidak ada hitam putihnya alias tidak ada teorinya tapi berdasarkan kesenangan lidah si pembuat, mungkin ingin yang wanginya menonjol atau sepetnya yang ingin lebih dirasa.Â