Mohon tunggu...
Derajat Mukhammad Putra Bangsa
Derajat Mukhammad Putra Bangsa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dari Universitas Sebelas Maret, hobi saya adalah menulis artikel-artikel mengenai isu sosial dan isu politik yang ada di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Globalisasi dan Sistem Dunia: Analisis Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

5 Desember 2022   09:10 Diperbarui: 5 Desember 2022   12:06 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Reuters

The Fed (Federal Reserve System) merupakan bank sentral milik Amerika Serikat yang didirikan pada 23 Desember 1913 dalam Kongres AS. Latar belakang didirikan The Fed kala itu adalah menanggapi atas krisis keuangan yang dialami oleh Amerika Serikat pada tahun 1907. The Fed didirikan dengan tujuan untuk bertanggung jawab dalam mengatur perbankan dan mengontrol jumlah uang yang beredar dalam perekonomian Amerika Serikat guna meringankan krisis keuangan (Mankiw, 2008:176), selain itu juga The Fed merupakan lembaga keuangan independen yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan tidak boleh ada intervensi dari siapapun terhadap kebijakan atau sistem yang dimiliki oleh The Fed. Salah satu tugas dari The Fed adalah mengontrol suku bunga di Amerika Serikat yang akan mengalami penyesuain tingkat suku bunga pada acuannya. Dari kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga dapat dikaitkan dengan teori Max Weber tentang teori otoritas legal rasional, dimana The Fed memiliki status sebagai lembaga perbankan independen di Amerika yang memiliki power atau kekuatan dalam mengendalikan inflasi dengan membuat kebijakan-kebijakan yang legal atau sah, seperti undang-undang.

Menurut Keynes suku bunga merupakan respon atas gejala dari krisis moneter (Manullang,1962). 

Suku bunga naik apabila persediaan jumlah uang lebih sedikit dan permintaan dari masyarakat atau perusahan lebih tinggi. Sedangkan suku bunga akan turun apabila jumlah uang besar dan permintaan dari masyarakat atau perusahaan lebih rendah. 

Apabila The Fed menaikkan suku bunga, maka berbagai sektor perbankan yang ada di Amerika juga terkena dampaknya dengan menaikkan bunga tabungan dan deposito yang dapat mempengaruhi pasar modal (Surbakti, 2011). 

Selain itu, kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga pada tahun 2022 tentu saja berdampak bagi perekonomian di dunia, salah satunya Indonesia. 

Dalam hal ini, jika dilihat dari kacamata teori sistem dunia (Modern World System) yang dicetuskan oleh Immanuel Wallerstein, dimana teori ini lahir akibat ketidakpuasan terhadap sistem pembangunan modernisasi dan dependensi sebagai upaya untuk merubah cara produksi masyarakat pra-kapitalis menjadi kapitalis. 

Hal tersebut tidak lepas dari adanya globalisasi yang telah membuka jalan masuknya sistem ekonomi kapitalisme masuk ke negara-negara berkembang. Globalisasi melahirkan apa yang disebut perekonomian global, dimana segenap aspek perekonomian menyatu dan terintegrasi dan kian terjalin dalam saling ketergantungan yang berskala dunia (Adam Kuper, dikutip dalam Lestari. 2010). 

Wallerstein membentuk pembagian kerja kapitalisme secara internasional menjadi tiga zona, Amerika Serikat dalam hal ini memiliki peran sebagai negara zona pusat yang menjadi landasan dasar dan pengontrol perekonomian di dunia yang kaitanya dengan kekuatan The Fed berdampak pada banyak negara di dunia (negara adikuasa), termasuk negara Indonesia sebagai negara zona semi-pinggiran yang berusaha juga meningkatkan posisi dalam sistem ekonomi dunia ketika menghadapi kenaikan suku bunga The Fed. 

Beragam dampak yang dirasakan Indonesia seperti naiknya suku bunga The Fed juga mengakibatkan Bank Indonesia (BI) tentu akan mengikuti kenaikan ini dengan menaikkan suku bunga acuannya. 

Jika berkaca pada pengalaman krisis moneter terparah tahun 1997/1998, dimana BI menerapkan kebijakan suku bunga tinggi hingga money market sampai dengan 70% untuk meredam inflasi yang mengakibatkan menghambat pertumbuhan ekonomi dan justru terjadi kontraksi yang cepat dan besar. 

Dampak yang berat dari kebijakan tersebut adalah banyak dunia usaha yang kelojotan karena kredit menjadi puso atau macet. Nilai tukar rupiah naik sampai dengan di atas Rp15.000 per US $1. Selain itu, bank-bank masuk jurang dengan kelojotan likuiditas yang kering dan mengakibatkan bank-bank masuk perawatan dan tidak sedikit yang kemudian mati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun