Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kebangkitan "Gender Awareness" dalam Film Superhero

6 Maret 2020   14:44 Diperbarui: 6 Maret 2020   17:25 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok superhero wanita (Sumber: imdb.com)

Tahun 2020 bisa dikatakan sebagai tahun kebangkitan wanita dalam film superhero atau film bertema pahlawan lainnya dengan karakter utama seorang wanita. Februari lalu saja kita baru menyaksikan Margot Robbie yang beraksi dalam Birds of Prey.

Jelang summer blockbuster, Marvel dan DC merilis film andalannya yaitu Black Widow dan Wonder Woman 1984. Jangan lupa, akhir Maret ini masih ada live action Disney yang patut dinantikan, Mulan. Semuanya mengusung karakter utama seorang jagoan wanita.

Kalau kita runut ke belakang, setidaknya dalam satu tahun terakhir ada beberapa film yang mengusung Female-led action seperti Captain Marvel, Terminator: Dark Fate dan X-MEN: Dark Phoenix. Bahkan film Toy Story 4 saja membuat Bo Peep yang merupakan karakter Wanita lebih powerful ketimbang karakter utama pria.

Tentu saja ini adalah salah satu gebrakan dari industri perfilman Hollywood yang mulai menyisipkan "gender awareness" dalam setiap film-film yang dihasilkannya, terutama yang bertema pahlawan super. Kita tak lagi melihat adaptasi komik superhero yang full testosteron, tapi bagaimana sosok heroin menjadi candu yang mematikan.

Michelle Williams dalam salah satu adegan (sumber: forbes.com)
Michelle Williams dalam salah satu adegan (sumber: forbes.com)
Jalan Panjang Menuju Kesetaraan Gender
Koreksi bila saya salah, salah satu trigger mengapa kesetaraan gender dituntut adalah gaji seorang aktris jauh lebih kecil dibanding gaji sang aktor. Contohnya, Michelle Williams yang bermain apik dalam All The Money in The World (2017) mendapat bayaran yang sangat kecil bila dibandingkan Mark Wahlberg yang dibayar dengan nominal lebih besar dan screentime yang lebih sedikit.

Ditambah lagi, beberapa tahun terakhir juga sedang digaungkan isu SJW (Social Justice Warrior) yang salah satunya mengusung feminisme. Jadilah industri Hollywood terkena imbas dari seruan para aktivis yang bukan hanya menuntut kesetaraan dan sadar gender dalam sebuah film, tetapi juga menuntut agar para aktris lebih diapresiasi terutama soal gaji.

Bahkan sebelum akhirnya kita bisa menyaksikan Scarlett Johansson memiliki film solo, petinggi Marvel sempat meragukan kalau film superhero Wanita akan laris manis di pasaran. Tak ada yang lebih baik daripada menyaksikan superhero, dalam konteks ini dilakoni oleh pria berotot, beradu jotos satu sama lain. Wanita cukup menjadi pemanis saja.

Jadilah selama ini kita hanya melihat sosok wanita dalam adaptasi komik superhero seperti Louis Lane atau Mary Jane tak lebih dari sekedar crush atau love interest para pahlawan. Bahkan dalam trilogi Spiderman milik Sam Raimi (2002-2007), Mary Jane adalah penyebab Si Manusia Laba-laba dihajar oleh para musuhnya (karena harus menyelamatkan MJ). Sungguh ironi.

Jean Grey dalam X-MEN (sumber: vanityfair.com)
Jean Grey dalam X-MEN (sumber: vanityfair.com)
Memang kita pernah melihat sosok superhero wanita seperti dalam seri X-MEN atau Fantastic Four. Tapi sekali lagi, mereka bukanlah karakter utama. Hanya sekedar pelengkap agar para sinemator tak melenceng dari pakem aslinya alias buku komik yang bercerita demikian.

Kebangkitan Pahlawan Wanita
Tahun 2017, Warner Bros dan DC Comics akhirnya memperkenalkan pahlawan Wanita pertamanya dalam sebuah stand alone movie. Sejak diperkenalkan dalam Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) karakter yang diperankan oleh Gal Gadot ini sudah mencuri perhatian.

Tak salah bila setahun kemudian dalam film Wonder Woman, pahlawan dan pejuang dari bangsa Amazon ini menjadi sosok yang mematahkan pakem maskulinitas pria dalam film superhero.

Wonder Woman (sumber: bbc.com)
Wonder Woman (sumber: bbc.com)
Dua tahun berikutnya, giliran Marvel yang merilis Captain Marvel sebagai (film) superhero Wanita pertama dalam semesta sinematiknya. Film inipun dieksekusi dengan sangat baik, menjadi penyambung antara Avengers: Infinity War (2018) dan Avengers: Endgame (2019).

Ditambah lagi, Captain Marvel menjadi film superhero wanita pertama yang tak mengusung romansa cinta dalam ceritanya. Benar-benar menunjukkan bahwa wanita bisa tetap kuat karena tanggung jawab dan kepeduliannya pada sesama.

Kemudian bila berbicara tentang Avengers: Endgame, kalian pasti ingat ada salah satu scene di mana para superhero wanita berkumpul untuk mengalahkan pasukan Thanos. Sungguh sebuah kampanye "gender awareness" yang cukup baik dari film yang dinobatkan menjadi film terlaris di seluruh dunia ini.

Baik Captain Marvel maupun Wonder Woman mendapat respon yang cukup positif baik dari kritikus maupun para fans. Dan bisa ditebak, kedua film ini juga laris di pasaran dan meraup banyak untung. Mematahkan statement bahwa film superhero wanita tidak akan laku.

Female heroes (sumber: digitalspy.com)
Female heroes (sumber: digitalspy.com)
Film Sebagai Media Kampanye
Menjelang Hari Perempuan Internasional (International Women's Day) yang jatuh pada 8 Maret. Tentunya kita berharap wanita mendapatkan hak dan kesetaraan yang sama seperti pria. Tak ada lagi statement atau praktik dalam kehidupan nyata yang menyebabkan bias gender.

Baik laki-laki maupun wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama. Contoh kecilnya saja, dalam rumah tangga wanita tak harus selalu dituntut untuk mengerjakan setiap pekerjaan rumah hanya karena pria sudah lelah mencari nafkah. Keduanya memiliki peran yang sama dan bahu membahu dalam mengurus anak atau mengerjakan pekerjaan di rumah.

Film adalah salah satu media yang efektif dalam menyebarkan informasi dan memberi edukasi. Dengan meningkatkan gender awareness dalam sebuah film, tak hanya superhero, penonton dan khayalak umum akan lebih sadar gender dan memahami bahwa Wanita layak mendapat porsi dan kedudukan yang setara dengan pria.

Wanita adalah pahlawan (sumber: cnn.com)
Wanita adalah pahlawan (sumber: cnn.com)
Film bertema superhero hanyalah contoh kecil dari wujud nyata kesetaraan gender yang sudah sepatutnya diterapkan dalam kehidupan nyata. Karena sejatinya wanita adalah sosok pahlawan yang sesunguhnya, mereka rela berkorban mengandung bayi dan melahirkannya dalam kesakitan. Mereka rela mengurus seorang anak dari kecil hingga dewasa.

Belum lagi wanita yang berjuang dan menjadi tulang punggung keluarga, wanita yang memiliki masa lalu traumatis tapi berhasil bangkit dan menjadi inspirasi bagi banyak orang, wanita yang berjuang dalam karir demi mengejar mimpinya dan masih banyak lagi.

Dengan banyaknya perjuangan dan beban berat yang dialami seorang wanita, tak sepatutnya kita memandangnya sebelah mata. Karena sekali lagi dalam hidup ini, Wanita adalah sosok pahlawan yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun