Mohon tunggu...
denny suryadharma
denny suryadharma Mohon Tunggu... Freelancer - penjelajah rasa, merangkum dalam kata bermakna untuk dikabarkan pada dunia

lahir di bandung, suka dengan dunia kuliner, traveling dan menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Drama

Diujung Nafas Inong

26 Februari 2018   21:14 Diperbarui: 26 Februari 2018   21:15 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah di bilangan Ancol Bandung itu masih berdiri dengan kokoh, sejumlah tanaman kuping gajah dan anggrek masih tertata rapi di dinding tembok yang sudah mulai kusam termakan usia. Satu set meja kayu ukir jepara masih tidak berubah, padahal sudah hampir sepuluh tahun lebih aku meninggalkan rumah itu.

Rumah bercat hijau itu menyimpan banyak kisah, ada cerita cinta, perpisahan hingga persahabatan. Kembali aku melihat secarik kertas berisi alamat, dan berharap alamat ini bukan alamat rumah itu, karena ada beribu kenangan, namun harapan tinggal harapan karena alamat itu, dengan jelas menuliskan alamat rumah tersebut. Sebuah plang putih rumah ini di jual hubungi Prihatin Siregar, mempertegas bahwa alamat dalam secarik kertas yang kupegang tidak salah.

Derit bunyi pagar tua itu, seakan membawa perasaan ini kembali ke masa 10 tahun lampau. Dimana aku mulai mengenal sosok seorang gadis tegar dan selalu ceria menebarkan senyum kebahagian bagi siapa saja yang ada di dekatnya. Keceriaan itu selalu ia tunjukan hingga maut menjemputnya untuk membebaskan dirinya dari sakit berkepanjangan.

"Assalamualikum" dengan sedikit terbata aku mengetuk pintu rumah. Aku ulang beberapa kali, namun tidak ada sahutan dari dalam rumah. Diam, berdiri mematung sejenak dan menunggu. Beberapa saat berlalu, sayup sayup terdengar jawaban dari dalam rumah.  "Waalukim salam, siapa yah, tunggu sebentar" suaranya begitu dalam dan lembut. aku masih sangat familiar dengan suara itu. Suara lembut itu masih sama seperti 10 tahun yang lalu.

"Silahkan masuk nak, maaf menunggu lama, karena ibu tidak bisa berjalan cepat" Ujar seorang ibu, meski banyak kerut di wajahnya namun tidak mampu menyembunyikan sisa kecantikan dimasa mudanya. "silahkan masuk nak, maaf berantakan karena ibu hanya tinggal sendiri setelah bapak meninggal" ungkapnya ramah dan hangat.

Setelah mempersilahkan duduk, ibu tersebut menatap dalam, seakan mengingat siapa yang ada dihadapannya. "Maaf, anak ini siapa yah, dan ada apa?" ungkapnya. Dengan sedikit terbata, karena hati berdebar dan menahan perasaan di dalam dada aku hanya bisa berkata pelan. "Saya surya bu, Kusman Suryadilaga" ucapku singkat.

Wajak si ibu, sedikit berubah dengan air muka seperti tidak percaya, "Kusman Suryadilaga? Sebentar  ini teh kusman? Benar ini tehkus" kata ibu itu setengah tidak percaya. "Betul ema, ini surya alias kus ma, yang dulu selalu bawa nasi bungkus" ungkap ku sambil menahan air mata yang sudah hampir tidak terbendung ini.

"kus, ya Allah kemana saja kamu, kus, meni udah lama pisan teu kadieu, ema sono kus, ema sono"ungkap ibu bernama lengkap prihatin siregar itu. Meski bukan asli dari tanah pasundan ema pri (biasa aku memanggilnya) fasih berbahasa sunda.

"ema sehat, maaf kus baru sempat datang ke sini lagi. Ingin rasanya setiap tahun kus mengunjungi emak, tempat kerja kus yang jauh di pedalam Kalimantan membuat kus tidak bisa setiap saat datang mak" ujarku sambil menahan air mata ini menetes.

"iya tidak apa kus, yang penting kamu dan keluarga sehat" ujar mak pri masih tetap dengan suara lembutnya. "Ayah dan ibu sehat kus, terakhir emak ketemu mereka saat pengajian 1 tahun widya, kus" sambung mak pri dengan mata berkaca kaca dan suara mulai mulai bergetar.

"Alhamdulilah ayah dan ibu sehat mak, beliau juga titip salam untuk emak" ucapk ku sambil menarik nafas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun