Sate, merupakan salah satu makanan populer dan sangat mudah di temui di setiap sudut kota. Begitupun di kota Bandung, makanan ini sangat mudah sekali dijumpai salah satunya adalah sate kambing gino khas sidareja cilacap.
Berdiri sejak tahun 1978 hingga saat ini, sate kambing pa gino sidareja tetap tidak berpindah lokasi di bilangan jalan sunda ini mulai berjualan di gerobag, dan saat ini sudah menempati bangunan dua lantai.
Dan warung sate ini pun, menjadi pilihan kami (setelah diskusi alot sebelumnya) untuk bercengkrama, bersilaturahmi ditengah padatnya aktivitas sehari hari. Meski tidak rutin setiap bulannya, namun pertemuan dengan prakarsa dari Humas Kantor Otoritas Jasa Keuangan Regional 2 ini, mampu mencairkan suasana kekakuan antara lembaga dengan rekan rekan media yang biasa meliput di disana.
"Intinya kita menjalin silaturahmi dan mengakrapkan diri sehingga bisa timbul chemistry, tidak hanya sebatas hubungan kerja saja" Ungkap Kepala Subbagian Informasi dan Dokumentasi Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jabar, Iswahyudi.
Disela sela menikmati daging kambing muda, dengan usia 1 -- 2 tahun, acara makan bersama itupun mengalir dan sangat cair. Tidak ada sambutan ataupun kata pembuka, begitu datang langsung pesan makanan sesuai selera dan ngobrol ngalor ngidul dengan topik yang sangat beragam.
"Sok mangga, akang teteh mesen makanan sesuai dengan selera, sengaja kami tidak pesankan terlebih dahulu biar akan teteh bisa bebas memilih" ujar kang yudi, sapaan akrab dari pria penyabar ini.
"sok tong isin isin, segera pesan, saya mah pesen sate kambing selap gajih dan sate ati ginjal) sambung Ferdy salah seorang yang juga sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia perhumasan di lembaga yang memiliki fungsi dengan fungsi untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap bank, Industri keuangan bukan bank, dan pasar modal serta melakukan edukasi dan perlindungan konsumen ini
Oh, ya sebagai tambahan informasi, sate pak gino sidareja ini, memakai bumbu khas saat mengolahnya. Menurut pa gino (pemilik warung sate), sebelum dibakar, sate di celupkan terlebih dahulu ke dalan bumbu celup khusus dengan gaya sidareja (daerah asal istrinya) setelah itu dibakar setengah matang, lalu dicelupkan lagi dan akhirnya dibakar hingga matang. Penyajian nya pun di simpan di piring hot plate sehingga saat disajikan daging masih masih berasap dan menyebarkan aroma bakaran daging yang menggelitik hidung. Karena gaya cilacap, maka bumbu sate yang dihidangkang diberikan dua pilihan dalam piring berbeda. Satu piring berisi bumbu kecap dan potongan cabai rawit, dan satu piring lagi berisi bumbu kacang. Selain itu sebagai pelengkap disajikan juga irisan kol dan potongan bawang merah segar.
Selain sate, di warung yang terletak dekat pintu perlintasan kereta ini juga menyediakan, tongseng dan gule. Untuk tongseng ada pilihan kambing, sapi dan ayam. Dan uniknya untuk gule nya selain ada gule kambing juga ada gule tulang lengkap dengan sumsumnya sehingga menurut aku sih sangat cocok disantap musim hujan. Untuk porsinya cukup besar meski memesan setengah porsi, dan di tambah nasi hangat atau lontong sepertinya mampu untuk mengusir perut yang keroncongan.
Selesai bersantap dengan menu sate kambing muda, gule kambing, tongseng dan nasi goreng kambing, sambil menunggu makanan turun kami pun melanjutkan obrolan dengan ditemani air jeruk dan marqisa hangat.