Mohon tunggu...
Denny S. Batubara
Denny S. Batubara Mohon Tunggu... Penulis - Orang Biasa

Menulislah dengan laptop, jangan dengan hati karena hati gak bisa dipakai menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Takjil Itu Bukan Makanan

9 Agustus 2011   08:41 Diperbarui: 14 Mei 2019   16:48 12162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: tribunnews.com)

Lewat tulisan ini saya hanya mengingatkan bahwa telah terjadi pembelokan makna kata “Takjil”. Takjil itu bukan makanan.

Selama bulan Ramadan ini, kita sering mendengar kata “Takjil”. Di berita, di tv, di radio, bahkan di lingkungan sehari-hari. Bahkan di warung dan pasar juga sering terlihat tulisan “takjil”.

Beberapa restoran menulis “Tersedia Takjil Gratis buat Pelanggan”. Beberapa masjid juga menulis hal serupa.

Di media-media juga, termasuk di Kompas.com, bacalah berita ini:

TERKAIT:

Seluruh berita itu menganalogikan kata Takjil sebagai makanan untuk berbuka puasa. Itu juga tergambar dari kalimat-kalimat orang-orang yang diwawancarai media.

“Ya, kami kesini untuk mencari takjil….”

Atau berdasarkan pertanyaan si wartawannya:

“Dimana Anda biasanya mencari Takjil?”.

Seolah kata “takjil” artinya makanan-makanan untuk hidangan berbuka puasa. Padahal kata takjil/ta’jil (تعجيل‎) artinya adalah “bersegera”, diambil dari hadist Nabi Muhammad SAW yang menyuruh untuk berbuka puasa dengan bersegera ketika telah sampai waktunya.

Takjil bermakna kita jangan menunda berbuka, saat berbuka tiba maka segeralah berbuka. Karena di Arab warganya suka berbuka dengan korma, maka korma ini disebut makanan untuk takjil, alias makanan untuk menyegerakan berbuka.

Istilah ini kemudian diadopsi oleh warga di Jakarta dengan menyebut kurma dan makanan untuk berbuka sebagai Takjil.

Namun, sepertinya ini baru terjadi 10 tahun terakhir. Sebab saat saya anak-anak dulu, jarang sekali kata “takjil” ini terdengar. Paling hanya di ceramah agama saat ustadz menjelaskan bahwa berbuka puasa itu sunah dipercepat dan diperlama saat sahur…

Namun seperti kebiasaan di negeri ini, apa yang dimuat media selalu menjadi pembenaran. Karena media, terutama tv selalu menyebut makanan untuk berbuka adalah Takjil, maka seolah semua kita sepakat menyebut Takjil untuk penganan berbuka itu.

Sehingga tak asing kalau mendengar ada teman yang bertanya:

“Udah beli Takjil belum?”

“Belum ada Takjil nih?”

“Takjilnya Cuma gorengan..”

Bukan mau menggurui, namun sebaiknya semua pengguna kata-kata, terutama media, kembalilah melihat kamus. Disana pengertian TAKJIL dengan jelas ditulis adalah “Mempercepat”. Dalam hal ini adalah mempercepat berbuka saat tiba waktunya.

Itu saja, jadi, TAKJIL itu bukan makanan.

Selamat menunaikan ibadah puasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun