Mohon tunggu...
Laurensius Mahardika
Laurensius Mahardika Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Psychology

Penulis karbitan yang menyukai teknologi, musik dan sepakbola. Email: dennysantos038@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Liga Champions: Liverpool Juara, Spurs "Menang", dan Laga yang Membosankan

3 Juni 2019   00:03 Diperbarui: 3 Juni 2019   00:22 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manajer Liverpool, Jurgen Klopp sebagai mengangkat trofi Liga Champions / Sumber: liverpoolfc.com

Dini hari tadi (31/05/2019), Final Liga Champions mempertemukan dua "unggas" asal Inggris dari kota berbeda, Liverpool dan Tottenham Hotspur. Laga final tersebut dimenangkan oleh si bangau asal Merseyside (Liverpool) dengan kemenangan 2-0 dari si ayam jantan asal London (Tottenham). Dua gol tersebut dicetak oleh Mohamed Salah (2') dan Divock Origi (87') untuk memastikan Liverpool meraih trofi pertama mereka musim ini.

Dengan kemenangan ini pula, Liverpool akhirnya "buka puasa" setelah berpuasa gelar selama 7 tahun. Terakhir mereka mengangkat trofi pada saat memenangkan Piala Liga di tahun 2012. Itu pun bagi saya tidak pantas dihitung sebagai "trofi". Kemenangan ini juga mencatatkan gelar ke-enam mereka di ajang bergengsi Eropa, terbanyak diantara klub premier league lainnya.

Kemenangan ini juga mengakhiri budaya kepleset di partai final dari sang pelatih mereka, Jurgen Klopp. Jika saya tidak salah ingat, Klopp terhitung sudah empat kali bersenang hati jadi runner-up di berbagai ajang, yaitu: final Piala Liga, 2016, final Liga Eropa 2016, final Liga Champions 2018, serta Liga Inggris tahun ini yang harus rela diselip oleh Manchester City setelah menjadi jawara paruh musim.

Sama-sama Menjadi Pemenang

Liverpool dan Tottenham memang sangat luar biasa musim ini. Tahun ini, Liverpool berjuang hingga menjadi finalis untuk kedua kalinya setelah tahun lalu kalah di final dengan cara mengenaskan dari Real Madrid. Tottenham juga menjalani final pertamanya di Liga Champions setelah di awal musim memutuskan untuk irit duit (atau memang tidak punya) dengan tidak melakukan perbelanjaan pemain sama sekali.

Pencapaian kedua tim ini juga patut diapresiasi mengingat mereka sudah terlalu lama puasa gelar. Liverpool terakhir mengangkat trofi pada saat juara Piala Liga 2012. Tottenham jauh lebih lama dengan terakhir kali mengangkat trofi Piala Liga di tahun 2008.

Hal terpenting kenapa kedua tim tersebut perlu diapresiasi juga karena mereka menjalani laga semifinal yang fantastis. Liverpool comeback dengan skor 4-0 di leg kedua semifinal setelah sebelumnya dihajar oleh Barcelona, yang dua tahun terakhir ini senang sekali di comeback.

 Tottenham yang kalah 0-1 oleh Ajax di leg pertama memenangkan laga dengan cara fantastis di leg kedua. Ajax yang sudah unggul 2 gol di babak pertama terpaksa kalah karena hat-trick pemain buangan PSG, Lucas Moura di babak kedua. Apalagi gol terakhir Lucas dicetak pada detik terakhir pertandingan.

Sayang, Laga Finalnya Membosankan!

Saya sendiri sebenarnya juga tidak berharap adanya keseruan pada laga final Liga Champions tahun ini. Terlepas dari sama-sama tim Inggris, laga final ini juga terkesan seperti "laga amal" karena dua-duanya sudah menahan puasa gelar selama beberapa tahun. Jadi, tinggal siapa yang ingin berbuka puasa duluan.

Pasukan Klopp senantiasa dengan heavy metal dengan formasi 4-3-3nya. Seperti biasa, tiga serangkai Salah, Mane dan Firmino masih menjadi favoritnya.

Di sisi lain, Pochettino juga tidak memiliki racikan khusus untuk memenangkan pertandingan final ini. Berbekal formasi 4-2-3-1, Kane masih menjadi ujung tombaknya serta Eriksen, Son dan Alli menopang Kane dibelakangnya.

Benar saja, jalannya pertandingan pun terasa monoton macam melihat pertandingan Liga Inggris di paruh musim. Pada laga ini, Liverpool terkesan pragmatis dengan mengandalkan serangan balik. Tottenham sendiri bermain lebih terbuka seperti biasanya. Terlihat dari statistik kedua tim dimana Tottenham unggul 61% penguasaan bola dari Liverpool yang hanya mendapatkan 39% penguasaan bola.

Selama pertandingan pun, kedua tim ini juga terkesan coba beruntung dalam hal usaha mencetak gol. Tottenham yang lebih dominan dengan 16 terlihat cukup kesulitan menembus final third dari gemilangnya tembok van Dijk dan Matip. Setidaknya ada 7 tembakan dari luar kotak pinalti dan 6 tembakan nyasar yang dilakukan oleh Tottenham. Begitu pula Liverpool yang mencatatkan 14 tembakan yang 8 diantaranya berasal dari luar kotak pinalti serta 5 tembakan nyasar.

Walhasil, penentu kemenangan lebih dari pada siapa yang lebih baik dalam memanfaatkan momentum. Liverpool pada menit awal diuntungkan dengan cerdiknya Sadio Mane mengarahkan bola ke tangan Sissoko di kotak pinalti yang berujung pinalti bagi Liverpool. Salah yang sebagai eksekutor sukses memanfaatkan tersebut.

Momen krusial juga bagi Liverpool untuk mengunci kemenangan juga berkat Klopp yang mengganti cepat Firmino dengan Origi pada menit ke-57. Origi yang menjadi kartu gacoan Klopp pada saat menghadapi Barcelona sukses memanfaatkan peluang pada saat terjadi kemelut di kotak pinalti Tottenham di menit ke-87.

Liverpool harus berterimakasih juga pada kiper mereka Alisson karena tampil gemilang pada laga tersebut. Dalam laga ini, Alisson sukses membukukan beberapa penyelamatan krusial, salah satunya adalah tembakan jarak jauh Son pada menit ke-80 dan freekick Eriksen pada menit ke-85. Akan tetapi, bagi saya sendiri performa Alisson juga terkesan biasa saja dan tidak se-dramatis performa Jerzy Dudek pada laga final Liga Champions tahun 2005.

=========================================

Terlepas dari boring laga final tahun ini, mau tidak mau juara harus ditentukan setelah laga tersebut dan Liverpool-lah yang beruntung mendapatkannya. Hal tersebut juga pantas bagi Liverpool mengingat mereka terlalu sering mendapatkan julukan next year dari para penggemar rival mereka.

Dengan membawa Tottenham melaju ke final Liga Champions, Pochettino juga seakan mengejek rival sebelah yang sudah boros belanja dan masih saja tidak bisa lolos sampai semi-final.

Jadi, satu kata untuk menyimpulkan laga final ini: Membosankan! Kecuali Alisson diganti oleh Karius.

Statistik: Whoscored.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun