Mohon tunggu...
Denny Malelak
Denny Malelak Mohon Tunggu... Administrasi - Berkarya tanpa batas dan menjadi ispirasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Katak Tertawa Menyindir

3 Juni 2020   05:05 Diperbarui: 3 Juni 2020   05:14 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sendiri terpaku memandang langit.
Diatas,ribuan bintang menatapku lekat.
Yang temaram tanpa sinar.
Karena gundah gelisah mengakar..

Keheningan kali ini tiada tenggelam..
Saat derap kaki menjajal malam..
Melodi hati merintih kelam..
Kalbu sembunyi bagai tersulam..

Malam kelabuku temaram..
Kala menyusuri lorong curam..
Bukuku berdebu, buram..
Catatan cinta tersurat karam..

Kudapati hati bersembunyi di pojok purnama..
Menangisi malam yang makin lama  ...
Malam kelabuku adalah pusara tak bernama..
Sementara sedihku jadi simalakama..

Kini dunia orang mati berteriak..
Mendengar malam kelabuku bersorak ...
Purnama terdiam bersama sungai yang beriak ...
Katak tertawa menyindir sambil berjingkrak ...
Mempermalukan aku yang lama
Menjomlo ...

DM
Sikumana, 030620

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun