Mohon tunggu...
M.Denny Elyasa
M.Denny Elyasa Mohon Tunggu... Lainnya - Analis Kebijakan dan Penulis

Analis Kebijakan pada Setwan Prov.Kep. Bangka Belitung . Aktif menulis opini dan esai khususnya mengenai kepariwisataan dan SDM.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Petani Menjadi Pilihan Cita-cita

26 Mei 2021   19:16 Diperbarui: 26 Mei 2021   19:35 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan food estate(Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Petani sedang menyemprot di lahan pertanian (kilaskementerian.kompas.com)
Petani sedang menyemprot di lahan pertanian (kilaskementerian.kompas.com)

Apakah menjadi petani bisa kaya? Pertanyaan yang sama akan ditanyakan saat kita memilih suatu profesi baik itu jadi PNS, pegawai swasta ataupun profesi lainnya. Di jaman materialisme saat ini pertanyaan tersebut menjadi wajar dan normal. Apalagi dengan tingkat kemajuan ekonomi dunia yang semakin mengikat kehidupan masyarakat.  

Kita kembali pertanyaan awal apakah seorang petani bisa kaya dan sukses seperti profesi lainnya, jawabannya semua profesi itu memberikan ruang untuk semua orang menjadi  sukses. 

Banyak contoh dari mereka seperti Bob Sadino atau Andi Octa Susila anak muda yang menekuni pertanian hingga usahanya bisa beromset 500 juta perbulan. Mereka adalah contoh dari segelintir orang yang telah merasakan sukses sebagai petani, masih banyak petani yang masih hidup dalam kemiskinan.

Banyak aspek yang menyebabkan petani kita masih terbelenggu dalam jurang kemiskinan dan seakan sulit keluar dari sana. Menurut Hasanudin et al, berdasarkan hasil penelitiannya, didapat bahwa kemiskinan petani disebabkan oleh lahan pertanian yang sempit, keterbatasan modal, sumber daya petani yang rendah, pola hidup yang bersifat konsumtif dan kelemahan dalam struktur pasar (Hasanuddin et al., 2009)

Ketidakmampuan dalam mengakses modal kerja menyebabkan ketergantungan pembiayaan dari pemilik modal/tengkulak baik itu untuk biaya produksi maupun kebutuhan lainnya yang pada akhirnya menyebabkan petani tidak punya daya tawar yang tinggi. 

Pada saat panen harga tidak sesuai dengan harapan petani karena telah dikontrol oleh segelintir pemilik modal/tengkulak sehingga sulit bagi petani untuk menyisihkan penghasilan bagi pengembangan modal dan tabungan. Faktor pendidikan petani yang masih rendah memberikan pengaruh yang besar mengapa semua hal tersebut terjadi.

Namun kita pun harus menyadari dunia berubah begitu cepat, mengikuti teori Maltus dimana populasi manusia di dunia bertambah dengan cepat memaksa tiap negara untuk berpikir dan bekerja keras memenuhi  kebutuhan bahan pangan penduduknya. Sumber daya hayati yang ada dikeruk semaksimal mungkin nyaris tanpa batas. 

Pertanian menjadi bagian penting untuk menghasilkan stok pangan penduduk dunia, artinya tani merupakan profesi yang menjanjikan dan dapat memberikan jaminan masa depan yang lebih baik. Tani bukanlah lagi profesi kelas bawah lagi tapi profesi yang memberikan masa depan dan penghasilan yang menjanjikan.

Hal yang paling penting dilakukan adalah merubah persepsi masyarakat luas tentang tani khususnya generasi muda, bagaimana memberi gambaran bahwa profesi petani memberikan peluang sangat baik di masa akan datang. Persepsi yang baik akan memberi efek berganda (multiplier effect) bagi sektor pertanian itu sendiri. 

Persepsi bahwa sektor pertanian tidak sekedar bermain dengan lumpur dan tanah, pupuk dan pestisida tapi lebih dari itu. Pertanian sesuatu yang sangat menarik dan menjanjikan apabila dikelola dengan baik, penuh ketekunan dan sungguh-sungguh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun