Mohon tunggu...
Denny Abdurrachman
Denny Abdurrachman Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Masalah Sosial | Disabilitas | Pendidikan | Pendidikan bagi Disabilitas

email: dennyabdurrachman20@gmail.com blog: kakikukeram.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Refleksi "Hari Ini Harus Lebih Baik dari Hari Kemarin"

3 September 2022   21:23 Diperbarui: 3 September 2022   21:28 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya rasa kita semua sudah tidak asing lagi dengan istilah "hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Tapi nyatanya seringkali kita juga tidak benar-benar menerapkan istilah tersebut dalam diri kita. Artinya ilmu yang kita telah pelajari, tidak terinternalisasi dalam diri kita. 

Saya sebagai pendidik di persekolahan tentu tidak asing dengan istilah tersebut. Bagaimana guru membicarakan ini dan itu, memberikan beragam ceramah dan motivasi hidup agar murid bertumbuh lebih baik setiap harinya. Tapi nyatanya sebagian besar guru juga tidak berupaya untuk menjadi lebih baik setiap harinya. 

Sebagian besar guru sudah nyaman dengan kondisinya saat ini. Sudah merasa berpengalaman. Sudah merasa mengetahui segala hal. Sudah merasa menjadi orang baik. Sampai-sampai lupa untuk terus meningkatkan diri, lupa untuk nenjadikan dirinya lebih baik setiap harinya sesuai dengan apa yang dia telah pesankan kepada banyak murid. 

Sebagai seorang pendidik, coba kita menengok ke dalam kelas kita masing-masing, sudah berapa banyak pembelajaran inovatif yang kita lakukan? Sudah berapa banyak pembelajaran yang kita terima dan kita aplikasikan dalam pembelajaran di kelas kita? Coba sejenak kita bandingkan cara mengajar kira setahun yang lalu dengan saat ini, berkembangkah cara mengajar kita? atau mungkin justru lebih buruk dari setahun yang lalu.

Mungkin sebagian besar sudah melakukan, tapi sebagian besar lagi masih terkungkung dalam sebuah alasan "tidak ada waktu". Memang, menjadi guru adalah pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya. Pekerjaan satu selesai, datang lagi pekerjaan lainnya. Tugas satu selesai, datang lagi tugas lainnya. Sampai-sampai 24 jam itu rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan segala tugas.

Apalagi membahas persoalan murid. Setiap murid punya problem dan kendalanya masing-masing. Jika kita jeli, tidak ada murid yang betul-betul tidak ada masalah. Murid berbondong-bondong datang ke sekolah, justru karena membawa masalah. Ada yang membawa masalah berkaitan dengan pengetahuan, ada yang membawa masalah berkaitan dengan sikap, ada yang berkaitan dengan kepribadian.

Bagaimana sebagai guru untuk terus memperbaiki diri? Harus mulai dari mana? 

Saya pikir untuk merubah diri harus diawali dengan introspeksi diri. Atau dalam istilah agama Islam dikernal sebagai muhasabah. Muhasabah dilakukan untuk mengenali kesalahan dan kekeliruan yang pernah dilakukan. Semakin cepat menemukenali kesalahan, semakin cepat memperbaiki diri.  

Setelah menemukenali kesalahan, jadikan kesalahan tersebut titik awal untuk melakukan perubahan. Dalam melakukan perubahan, diperlukan adanya sebuah perencanaan. Rencanakan terlebih dahulu dalam memperbaiki diri dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu lalu bertahap kepada hal-hal yang lebih besar.

Selanjutnya, bekali perencanaan dengan niat yang kokoh. Tanpa adanya niatan untuk kearah yang lebih baik, seseorang tidak akan bisa memperbaiki dirinya. Niat adalah kompas dalam melakukan perubahan demi perubahan. 

Bogor, 3 September 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun