Mohon tunggu...
Dennis Surya Putra
Dennis Surya Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, saya Dennis Surya Putra. Ini adalah tulisan mengenai apa saja yang dialami. Semua tulisan merupakan Opini pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jelajah Sejarah dan Budaya di Museum Keraton Surakarta Hadiningrat

22 Desember 2022   19:37 Diperbarui: 22 Desember 2022   19:51 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret abdhi dalem membawa pelepah pisang dalam pernikahan adat Keraton. Sumber: Istimewa

Apakah teman-teman memiliki rencana untuk berwisata ke kota Surakarta? Jika iya, berkunjunglah ke salah satu destinasi wisata yang ada di Kota Surakarta yakni Museum Keraton Surakarta Hadiningrat atau sering disebut sebagai Museum Suaka Budaya. Museum ini terletak didalam kompleks Keraton Surakarta Hadiningrat yang berada di Jalan Sidikoro, Kelurahan Balurwati, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

Sebelum dijadikan museum, bangunan tersebut merupakan kantor administrasi keraton (kadipaten) dan kantor para abdhi dalem. Namun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwana XII, bangunan ini dialihfungsikan menjadi museum dan diresmikan pada tahun 1963 oleh Ibu Fatmawati Soekarno didampingi oleh KGPH Djatikoesoemo sebagai Menteri Negara Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi sekaligus keluarga keraton Surakarta. Tujuan didirikannya museum ini sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda pusaka dan benda lainnya. (Ekowati, dkk, 2015).

Dilansir dari indonesiakaya.com kompleks museum ini dibagi menjadi 13 ruang pameran yang disusun sesuai dengan perkembangan Keraton Surakarta Hadiningrat dari masa ke masa. Diruang pertama, terdapat foto raja-raja yang pernah memerintah Kasunanan Surakarta. Lalu ada pula beberapa kursi peninggalan Pakubuwono IV dan beberapa lemari berhiaskan ukiran-ukiran yang indah. Ruang kedua adalah ruang arca. Sisi-sisi ruangan ini dihiasi dengan lemari kaca yang memajang patung-patung perunggu seperti Buddha, Buddha Avalokiteswara dan berbagai peralatan upacara. Koleksi lain yang juga ada di ruangan ini adalah arca batu dari zaman purbakala.

Diruang ketiga terdapat patung kuda pasukan keraton. Patung kuda disini terbuat dari kayu dan dilengkapi dengan pakaiannya. Ruang selanjutnya adalah ruang pengantin keraton. Ruangan ini berisi diorama yang dibuat pada masa Pakubuwono X. 

iorama ini merupakan adegan dari pernikahan seorang pengantin Jawa. Selain itu, pada dindingnya terdapat relief yang menceritakan tentang prosesi pernikahan adat Keraton Surakarta. Ada satu hal yang unik dari ruangan ini, yakni terdapat patung abdhi dalem yang berpakaian seperti orang Persia dengan membawa pelepah pisang dan buahnya. Menurut penjelasan pemandu, pelepah pisang memiliki filosofi agar putri yang sedang mengandung, mendapatkan banyak keturunan serta buah pisang yang dibawa merupakan jenis pisang raja yang mempunyai makna agar keturunannya dapat mewarisi sifat-sifat raja.

Ruang berikutnya adalah ruang kesenian rakyat. Di ruang ini, dipamerkan berbagai alat kesenian yang berkembang di Solo, seperti wayang kulit, klenengan, serta jaran kepang. Ruang keenam menyimpan berbagai jenis topeng. Topeng-topeng ini merupakan topeng yang digunakan dalam tari topeng – yang mengambil cerita dari Panji Inukertapati, Asmarabangun, Dewi Galuh Candrakirana, dan Klana.

Ruang ketujuh berisi berbagai alat upacara yang sering digunakan oleh masyarakat dan anggota Keraton Surakarta. Peralatan yang disimpan di ruangan ini antara lain bokor, kendi, tampan, sumbul, kencohan, dan perhiasan. Di ruang ini juga terdapat sebuah payung bersusun tiga yang pernah digunakan dalam upacara khitanan Pakubuwono IV.

Berikutnya adalah ruang alat angkut tradisional Keraton Surakarta. Alat angkut tradisional yang digunakan merupakan alat angkut yang diangkat oleh beberapa orang abdi dalem keraton. Ada beberapa alat angkut yang digunakan, yaitu tandu (biasa disebut joli jempono) digunakan oleh putri raja saat jadi pengantin atau bepergian, kremun digunakan untuk mengangkut peralatan keraton, jolen yang digunakan untuk mengangkut benda sakral, dan gawangan yang digunakan untuk menggantungkan sesaji.

Ruangan selanjutnya adalah ruangan kereta kencana yang sering dipakai oleh raja ketika ada upacara adat. Contohnya seperti Kereta Kyai Garuda (persembahan VOC kepada Pakubuwono II pada tahun 1726), Kereta Kyai Garuda Putra (kereta yang digunakan dari masa Pakubuwono VII sampai Pakubuwono X), dan Kereta Kyai Morosebo (kereta kerajaan yang dipakai oleh Pakubuwono III). Ruang kesepuluh adalah ruang kuda untuk berburu. Di ruangan ini terdapat diorama yang mengisahkan pertemuan antara Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegoro. 

Pertemuan tersebut terjadi pada saat pecahnya Perang Jawa (1825-1830). Kemudian ada Gudang Senjata yang menyimpan berbagai senjata seperti senapan, pedang, tameng, belati, panah dan pelana kuda. Terakhir adalah ruang alat perlengkapan rumah dan dapur. Di ruang ini, dipamerkan sejumlah keramik porselin kuno yang dulu menjadi perlengkapan rumah tangga dan dapur. Selain itu, juga terdapat alat menanak nasi yang digunakan oleh para tentara saat sedang berperang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun