Mohon tunggu...
Dennis Sandika
Dennis Sandika Mohon Tunggu... Guru - Indonesia Maju

"Pertolongan Allah tidak pernah terlambat"

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ada Apa dengan Ganda Putri Indonesia?

27 Juli 2019   23:20 Diperbarui: 27 Juli 2019   23:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram/Badminton.ina

Indonesia Open dan Japan Open menjadi dua turnamen yang menunjukan bahwa ganda putri Indonesia sedang tidak baik. Bagaimana tidak, di dua turnamen besar tersebut ganda putri mengalami kemerosotan prestasi yang sangat tajam. Indonesia sendiri mengirim empat ganda pelatnas di Indonesia Open yaitu Greysia/Apriyani, Yulfira/Jauza, Della/Rizki dan Agatha/Virni sedangkan di Japan Open tiga pasangan yang sama dikirim kecuali Agatha/Virni.

Di Indonesia open, prestasi tertinggi diraih Greysia/Apriyani dan Della/Rizki yaitu sampai babak  16 besar sedangkan sisanya langsung kalah di babak pertama. Hasil mengecewakan tersebut kemudian berlanjut ke turnamen Japan Open. 

Mengirim tiga wakil pelatnas, lagi dan lagi hanya Greysia/Apri yang mampu tembus babak perempatfinal, sisanya langsung gugur di babak pertama. Ini adalah sebuah tanda yang amat sangat bahaya jika kita melihat ganda putri dari negara lain, Jepang mempunyai tiga pasang yang berada di lima besar dunia. 

Tiongkok memang masih bertumpu pada Chen/Jia Yifan, tetapi pelapis mereka yang masih sangat muda sangat menjanjikan, bahkan di Jepang Open, ganda Tiongkok Li Wenmei/Yu Zheng berhasil mengalahkan ganda putri nomor satu dunia asal Jepang Yuki/Hirota. Selain itu, Korea semakin menjanjikan lewat ganda putri yang masih sangat muda yaitu Kim So Yeong/Kong Hee Yong yang berhasil menembus babak final Japan Open.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Sampai kapan kita berharap di setiap turnamen kepada Greysia/Apri untuk meraih juara, sementara mereka sendiri selalu menjadi bahan keroyokan pasangan ganda-ganda putri dari negara lain. Ironis memang melihat perkembangan sektor ganda putri kita, stok pemain yang berada di pelatnas belum ada yang menyamai level Greysia dan Apriyani, bahkan di dua turnamen tersebut Greys/Apri kalah dengan pasangan yang sama dari Korea yang secara peringkat dunia, masih di bawah mereka.

Ini adalah pukulan bagi sektor ganda putri Indonesia dan Eng Hian selaku pelatih kepala di sektor tersebut. Memang tidak mudah mencari pasangan ganda putri sementara stok di pelatnas yang sudah tergolong pemain senior justru tidak bisa memberikan penampilan yang memuaskan. 

Beragam cara coba dilakukan oleh Eng Hian selaku pelatih kepala sektor ini, dari rotasi pemain hingga mencoba menggabungkan junior senior ia lakukan, tapi sayang sampai saat ini, ganda putri kita hanya sebagai penghias drawing. Sudah seharusnya Eng Hian segera mencari jalan dari kebuntuan prestasi di ganda putri, dan bagaimana mencari pelapis yang sepadan untuk Greysia dan Apri.

Mengapa sulit sekali menemukan pasangan ganda putri yang mampu bersaing dengan ganda putri elite dunia?

Jika dianalisa stok pemain putri kita yang tidak semelimpah ganda putra, hampir tidak ada yang special setelah Nitya K.M pensiun. Jika dilihat dari segi permainan, pemain yang ada saat ini tidak memiliki senjata mematikan saat bermain, keuletan, dan defence yang harus kokoh.

Selain itu, fisik yang lemah dibandingkan pemain Jepang, Korea dan Tiongkok, pemain kita terlihat lebih cepat lelah, sehingga akan mengganggu fokus bermain. Mungkin hanya Greysia dan Apri yang memiliki ketahanan fisik yang bisa mengimbangi lawan dari negara lain. 

Hal yang lain adalah tidak punya variasi serangan, ganda putri kita sangat monoton, pukulan-pukulan yang dilancarkan hanya sebatas smash-smash saja, ketika menemui lawan yang mempunyai defence yang sangat kokoh terlihat bingung dan justru itu menjadi momentum lawan untuk menyerang balik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun