Mohon tunggu...
Den Mas Vic
Den Mas Vic Mohon Tunggu... Sales - Indah Karena Benar

Nostalgiaers

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stand Up Comedy dan Katarsis Sosial Generasi Kekinian

5 Januari 2023   09:07 Diperbarui: 5 Januari 2023   09:15 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.istockphoto.com

"Salah satu pedagang kaki lima yang membuat anda terbelalak adalah... Ternyata pedagang kaki lima itu kakinya hanya dua". Cak Lontong

Akhir-akhir ini tidur saya semakin larut, tetapi ketika di kantor malah seharian terasa ngantuk. Di dalam kelarutan malam itu, ternyata saya menemukan sebuah alasan untuk saya kerap terjaga yakni Tik Tok. Ah sudahlah, jangan lagi bilang bahwa kita anti Tik Tok, toh kalian para generasi Instagram juga menikmati reels bukan? 

Ya memang itulah sejatinya kekuatan audio visual, selalu punya cara untuk membuat komunikannya betah berlama-lama untuk menyaksikannya, apalagi ketika tayangannya menyegarkan. Sebagai catatan, pengguna Tiktok di Indonesia sebanyak 63,1% dari jumlah populasi, tahun sebelumnya 38,7% (naik pesat), dilansir dari data we are social. Tik Tok dan dunia per "fyp" an nya dinikmati 175.228.700 juta jiwa masyarakat Indonesia per bulannya di tahun 2022. 

Nah, yang menjadi masalah sebenarnya, bukan masalah juga sih Tik Tok ini menyenangkan, kawan. Saya jarang memposting lewat alat-alat dan filter yang disediakan oleh aplikasi Tik Tok ini. Namun, algoritmanya membuat saya senang karena saya disajikan video-video Stand Up Comedy atau komika - sebutan lawakan tunggal, atau komedi tunggal-  yang wara-wiri di stasiun televisi atau bahkan di siniar-siniar sendiri. Tidak perlu panjang-panjang durasinya, mungkin sekitar 30-60 detik tapi sudah cukup membuat saya senang dan tertawa cekikikan di tengah malam. 

Katarsis Sosial

Selamat, saya ucapkan kepada komunitas komika Indonesia, karena sejak 2022 akhir saya benar-benar menikmati waktu saya untuk bisa tertawa lagi. Senang rasanya, karena kami-kami para budak korporat ini begitu menikmati kalian sebagai katarsis kehidupan kami yang rasanya begitu-begitu saja. Ijinkan saya menyebut kalian sebagai katarsis sosial, semoga ini bisa menjadi sebuah compliment. 

Katarsis adalah istilah yang sering ditemukan dalam dunia psikologi sebagai tindakan untuk melepas emosi dan keluh kesah yang tersimpan di dalam batin. Tindakan ini dibutuhkan agar manusia bisa menyalurkan perasaan negatifnya yang sudah menumpuk di dalam batin. Perasaan yang tidak disalurkan dengan baik kondisi bisa menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi. Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjalani katarsis ini, mulai dari bercerita dengan teman yang dipercaya, menuliskan diary, hingga berolahraga.

Melansir dari Kumparan.com, katarsis sendiri memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan, salah satunya adalah membuat diri sendiri merasa lebih baik, karena energi-energi negatif di dalam diri perlahan-lahan menghilang. Dengan begitu, seseorang akan mengalami kelegaan dari perasaan yang membebani.

Tidak hanya itu, manfaat emosional katarsis menurut Josef Breuer, seorang psikolog, yakni ketika sesorang dapat dengan bebas mengekspresikan emosinya yang dikaitkan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, mereka akan mengalami pembersihan tersebut.

Elegi-elegi kehidupan memang sebaiknya harus dikatarsisasi, lha wong urip mung mampir ngombe bukan? mental health yang digadang-gadang generasi kekinian rasanya cukup ditertawakan dengan melihat kelakuan-kelakuan para komika ini. Genrenya banyak tapi satu memang yang sedang saya gandrungi saat ini adalah Dicky Diffie. Persona wadam dan celetukan-celetukan tongkrongannya acap kali menjadi pengobat lelah. Salut, Bang Dicky

Tangkapan layar Instagram Dicky Diffie
Tangkapan layar Instagram Dicky Diffie

Stand Up Komedi dan Komunitas yang Makin Besar

Semakin moncernya profesi komika atau stand up comedy an membuat komunitas ini terus berkembang. Menguti dari wikipedia, jumlah anggota komunitas ini sudah lebih dari ratusan. Tidak jarang, tren acara korporasi saat ini selalu mendatangkan komika untuk menjadi line up acara mereka. Yang lebih mencengangkan, kabarnya komika ada yang mendapat bayaran hingga delapan puluh lima juta rupiah dalam 10 menit penampilannya. Siapa dia, tentu masih hanya tebak-tebakan.

Hingga saat ini sudah banyak komunitas-komunitas stand up comedy yang berdiri di seluruh penjuru Indonesia dari Sabang hingga Merauke, jumlahnya diperkirakan sudah mencapai ratusan lebih. Komunitas tersebut mulai dari tingkat kabupaten/ kota hingga masuk ke instansi-instansi seperti perusahaan, universitas, dan sekolah. Untuk memudahkan dalam pengawasan perkembangannya, Standupindo membagi komunitas-komunitas tersebut ke dalam enam regional utama. Wilayahnya terbagi menjadi :

  • Regional Sumatra
  • Regional Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten
  • Regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Regional Jawa Timur dan Bali
  • Regional Nusa Tenggara
  • Regional Kalimantan
  • Regional Sulawesi, Maluku, dan Papua

Profesi komika dan tentunya perannya untuk menjadi katarsis bagi diri saya mengingatkan kembali peran profesi yang seharusnya memang membebaskan dan tidak perlu resmi-resmian. Profesi saat ini memang bisa dari hal apapun, dan komika menjawab itu semua manakala kebebasan berpikir dan berkata yang masih dalam koridor tanggung jawab dapat menjadi pegangan sebagai mata pencaharian hidup.

Pram berujar, "Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun