Mohon tunggu...
Denis Guritno Sri Sasongko
Denis Guritno Sri Sasongko Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Belajar menulis populer di Komunitas Guru Menulis dengan beberapa publikasi. Pada 2020, menyelesaikan Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Indraprasta PGRI.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sosialitas Inversi dan Masker

15 September 2020   00:45 Diperbarui: 15 September 2020   02:10 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bola.net

Manusia adalah makhluk individu, pribadi. Tidak ada yang menyangkal hal itu. Tetapi, sebagai pribadi, manusia tidak hidup sendiri. Ia adalah makhluk multidimensional (monopluralis). Keberadaannya dapat dipahami dalam kebersamaan dan berhubungan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Menarik untuk dipahami, pribadi yang multidimensional ini pun berada dalam dua kutub yang secara integral membentuk manusia sebagai pribadi; spiritualitas-materialitas, interiorisasi-eksteriorisasi, transendensi-imanensi, individualitas-sosialitas. Artinya, sosialitas manusia bisa kita pahami sebagai satu unsur yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Unsur ini melekat pada kodrat manusia sebagai pribadi.

Dimensi sosialitas ini tentu saja sangat luas lanskapnya. Manusia disebut pribadi secara utuh justru karena kehidupan sosialnya, hidup bersama dengan yang lain.  Dalam perspektif ini, sosialitas terarah, terbuka, dan dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, sosialitas mengarah pada kemanusiaan yang lebih luas, penuh, dan sempurna.

Sosialitas bukan lagi ciri yang ditambahkan, melainkan sudah melekat pada manusia sejak kelahirannya. Karena kita memahami bahwa manusia pada dasarnya otonom dan memiliki kebebasan, kerangka sosialitas inversi dapat dipahami sebagai imperatif moral, yaitu bebas untuk berbuat baik.  

Situasi pandemi ini membuat saya pun berpikir. Angan saya melayang pada sosok filsuf eksistensialis, Emmanuel Levinas. Levinas berpendapat bahwa hubungan antar manusia pada dasarnya berada dalam konteks situasi etis, wajah dengan wajah.

Hubungan etis ini bersifat asimetris, terarah kepada yang lain dan bukan timbal-balik. Meski orang lain tidak dapat lepas dari yang lain, Levinas menegaskan bahwa pada orang lain ini, tampaklah sesuatu yang sifatnya transendental, "Wajah yang  kita jumpai selalu mengundang kita untuk berbuat baik."

Istilah yang saya jumpai secara akademis itu saya pahami menggambarkan prinsip solidaritas. Prinsip ini menggambarkan pentingnya sikap peduli setiap pribadi untuk memberikan sumbangan kepada masyarakat.

Sumbangan ini adalah salah satu wujud tanggungjawab bagi kepentingan bersama. Di dalamnya, dapat kita temui keinginan untuk berpartisipasi, menghormati, tanggungjawab, sense of belonging, dan kesediaan untuk menjaga martabat bersama sebagai masyarakat. Pendek kata, setiap pribadi bertanggungjawab bagi sesama. 

"Sudahlah, pakai saja maskermu!"

Suatu sore saya sangat antusias melihat postingan di instagram yang bercerita tentang ditemukannya obat Covid-19. Ketika kapsul itu dikeluarkan dan dibuka, isinya tak lain adalah masker. Saya berpikir iklan ini menarik. Saya pun tidak lagi akan mengulas soal ekonomi, politis, pengaruh pandemi  bagi semua lini kehidupan manusia. Tidak. Saya melihat sebuah pesan sederhana yang perlu disampaikan berulangkali, "Sudahlah, pakai saja maskermu." 

Pagi hari, ketika hari masih gelap, saya bergegas menuju tempat kerja. Tak jarang, saya beriringan dengan orang-orang yang mengendarai motor tanpa pengaman yang memadai. Masker maksud saya. Mungkin karena masih pagi, masih ingin dihirup segarnya udara pagi. Namun, siang hari pun masih saya jumpai pengalaman yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun