Mohon tunggu...
Densa Story
Densa Story Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Seorang yang ingin belajar kreatif, melalui tulisan yang edukatif, sehingga dapat menginspirasi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bisakah Virus Corona Menular Lewat Makanan?

20 Maret 2021   06:00 Diperbarui: 20 Maret 2021   06:19 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burger yang berbentuk Virus Corona, Gambar: travel.kompas.com

Suatu hari, ada seorang pemuda yang memiliki seorang adik perempuan, dan mereka tinggal bersama orang tuanya. Karena adanya pandemi COVID-19, otomatis mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Setiap hari, mereka mengkonsumsi makanan dan minuman yang dibuat di rumah. Pada suatu saat, pemuda itu diajak makan ke suatu tempat makan yang tidak menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Penjualnya tidak memakai masker dan tidak pernah mengsterilkan tangan dengan rajin mencucinya atau pakai handsanitizer. Tetapi akhirnya mereka beli juga makanan di situ dan dibawa pulang ke rumah masing-masing.

Berselang satu hari setelah pemuda itu makan makanan penjual yang tidak pakai masker itu, ia mengalami mual yang sangat hebat, lalu muntah-muntah. Setelah dibawa ke dokter dan menjalani test PCR, ia dinyatakan positif Corona. Diduga kuat penyebabnya adalah karena membeli dan mengkonsumsi makanan dari penjual yang tidak menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Lalu orang tuanya mendatangi si penjual itu dan menanyakan kepadanya mengapa ia tidak mau memakai masker. Lagi pula penjual itu kadang bersin dan batuk dengan mengarahkan moncong mulutnya ke makanan yang dia jual itu. Lalu penjual itu mengatakan alasannya tidak mau pakai masker: “Ah, saya beriman kepada-Nya. Hidup, sakit, mati sudah Dia yang mengatur. Corona mah bohong, hanya gosip yang dibuat manusia yang tidak beriman kepada-Nya.”

Para pembaca yang terkasih, kisah di atas yang baru saja dialami oleh seorang rekan penulis adalah sungguh nyata. Sejak Indonesia resmi memasuki masa pandemi COVID-19 pada Senin, 2 Maret 2020, sebagian besar dari kita menjadi kuatir untuk membeli makanan atau minuman dari luar. Sebab sekalipun hingga kini WHO belum menemukan banyak bukti bahwa virus Corona bisa menular lewat makanan atau minuman, tetapi sudah ada beberapa kejadian yang menyatakan bahwa penularan Corona lewat makanan dan minuman bisa saja terjadi, terutama bila makanan dan minuman itu diolah atau dijajakan secara tidak steril oleh penjualnya.

Tempat-tempat makan seperti restoran atau makanan cepat saji umumnya telah menerapkan kebersihan dan protokol kesehatan yang meminimalisir risiko penularan virus COVID-19. Justru yang dikhawatirkan adalah para penjual kaki lima atau stand-stand yang tingkat kesadaran akan bahaya penularan COVID-19 masih sangat rendah. Memang hal ini balik lagi ke penjualnya masing-masing. Ada penjual-penjual Warteg, Lontong Kari, Bubur Ayam, Nasi Goreng dll menerapkan protokol kesehatan dengan minimal menutup hidung dan mulutnya memakai masker. Tetapi mereka tetap setelah pegang uang dari pembeli, langsung memegang makanan. Contohnya seorang penjual nasi goreng setelah pegang uang dari pembeli sebelumnya, tidak membersihkan tangannya dengan sabun atau handsanitizer, tapi langsung pegang timun dan tomat untuk dipotong-potong ke nasi goreng atau menu lain yang ia jual. Begitupun tukan Bubur Ayam ketika sudah pegang uang, jarinya langsung pegang suiran ayam, menjumput seledri, dan merauk kerupuk dengan jarinya yang akan dimakan oleh pembeli. Uang sekalipun kertas yang paling berharga, namun sekaligus kertas paling jorok karena dipegang oleh banyak orang, yang kemungkinan besar ada beragam kuman menempel di situ, termasuk virus COVID-19.

Bahkan yang lebih parah lagi, mereka banyak sekali yang tidak mau pakai masker, di tengah sekarang produk masker sudah sangat murah dan sangat beragam. Mulai dari masker medis di warung seharga Rp. 500,-, ada masker KN95, KF94, dan masker-masker ini dimodifikasi dengan berbagai warna. Ada juga masker kain yang bisa dipakai berulang. Selain alasan pengap, alasan mereka tidak mau menerapkan protokol kesehatan COVID-19 adalah karena alasan keimanan. Lagi pula ketika mereka tidak menerapkan protokol kesehatan, tidak ada efek yang ditimbulkan yang menimpa dia atau keluarganya. Bahkan bila ada yang dinyatakan positif Corona, mereka tetap tidak percaya dengan alasan lebih percaya pada-Nya, sehingga mereka melakukan tindakan anarkis dengan mengambil paksa jenazah pasien COVID-19 tanpa takut tertular.

Pembaca yang terkasih, kita tentu ingin sesekali beli makanan atau minuman di luar, apalagi bila menu tersebut punya arti tersendiri di dalam kehidupan kita sebelum pandemi. Tetapi kita tentu harus pandai memilih tempat dan penjual yang taat menjalankan protokol kesehatan COVID-19, supaya kita bisa meminimalisir risiko penularannya. Diharapkan juga agar para penjual mau memakai masker dan rajin mengsterilkan tangannya dengan handsanitizer atau sabun. Bila para penjual mengasihi dan sayang kepada para pelanggan setianya, hendaklah para penjual mau melakukan pencegahan penularan COVID-19. Justru semakin Anda beriman kepada-Nya, semakin Anda berusaha untuk mencegah penularan COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan. Karena dari usaha manusia inilah, Dia berkarya untuk memulihkan kesehatan dan ekonomi dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun