Mohon tunggu...
Densa Story
Densa Story Mohon Tunggu... Penulis - Content Creator

Seorang yang ingin belajar kreatif, melalui tulisan yang edukatif, sehingga dapat menginspirasi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cara Menguji Kesetiaan Pasangan

16 Maret 2021   17:16 Diperbarui: 16 Maret 2021   17:34 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: hot.liputan6.com / Ilustrasi Pasangan Hidup

Sekretaris itu dengan gaya pelacur, bersikap angkuh di depan istri bosnya dengan berkata, "Istri jelek nggak usah dipelihara. Udah mas, ceraikan saja istri macam gini." 

Lalu istinya menjawab, "Jangan mas, jangan ceraikan aku. Aku ini istri sahnya mas." 

Lalu mas nya berkata, "Mulai hari ini, aku talak kamu!" 

Istrinya berkata, "Oh, oh, oh..." lalu menjerit dengan suara melengking, "Ku menangis membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku. Kau duakan cinta ini, kau pergi bersamanya..."

Tayangan kedua yang diceritakan di atas ini sebenarnya bukan contoh yang baik. Banyak orang malah menjadikan tayangan yang demikian untuk dipraktekkan di dalam kehidupan nyata. Cinta yang seharusnya bersifat murni menjadi tercemar oleh keinginan nafsu birahi dan materil. Sungguh berdosa, sungguh berdosa. Tapi inilah kenyataan yang ada di antara kita. Seperti ada kalimat demikian: Ada uang, abang disayang. Tak ada uang, abang ditendang. Namun, kebiasaan ini haruslah diubah agar kita kembali lagi kepada hakikat dari cinta yang sejati.

Cinta yang sejati itu harus didasarkan pada keterpikatan akan kepribadian si dia. Bukan berdasarkan penampilan apalagi berdasarkan kekayaan. Sebab penampilan seseorang akan bisa berubah. 

Yang dulunya cantik dan tampan, bisa saja kelak jadi jelek. Yang dulunya jelek, bisa saja jadi cantik dan tampan ketika tuanya. Yang dulu kaya, bisa saja menjadi miskin. Yang dulunya pintar, bisa saja jadi bodoh atau cacat, sehingga kecerdasannya tidak bisa dipakai lagi. Tetapi kepribadian seseorang tidak lekang oleh waktu, tidak berubah oleh perubahan fisik.

Setelah terpikat akan kepribadian si dia, Anda dan dia harus berkomitmen untuk setia seumur hidup. Di dalam perjalanan berkeluarga, pasti ada saat dimana rasa cinta itu berkobar, ada kalanya cinta itu meredup. Tetapi komitmen tidak akan pernah meredup. Komitmen menjadi pondasi untuk setia bersama dalam suka dan duka. 

Ketika dalam suka, semua orang pastilah bisa setia. Tapi bagaimana bila dalam duka, apakah bisa setia? Inilah risiko yang harus dihadapi oleh setiap orang yang memutuskan untuk hidup berkeluarga. Perceraian hanyalah jalan bagi orang-orang yang ingin melarikan diri dari duka hidup berkeluarga.

Ada yang berkata, "Tapi kawin juga butuh uang, butuh harta, buat anak-anak untuk bersekolah, buat makan, buat piknik, buat beli rumah, mobil, motor, sepeda, dan segala kebutuhan hidup." Ya, memang ini semua benar. 

Tapi bila Anda mendasarkan cinta pada keterpikatan akan hal-hal yang fana, ketika datang badai rumah tangga, maka rumah tangga akan hancur. Lalu jalan selanjutnya adalah kawin lagi, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan bagi anak-anak secara psikologis dan materil. Kawin lagi, cerai lagi, kawin lagi, cerai lagi, dan seterusnya, dan seterusnya, sampai perjalanan cinta seperti kisah kedua di atas. Cinta yang suci menjadi cinta yang penuh nafsu. Sungguh berdosa, sungguh berdosa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun