Hari ini, perjalanan dari rumah di BSD menuju kantor di Slipi terasa lebih lama. Macetnya ora umum, orang bilang "maklum, ini kan Jumat."
Di sela-sela mengemudi, saya buka TL medsos, maksud hati nyari kicauan lucu untuk hiburan, eh malah nyangkut di pembicaraan mengenai figur yang bakal dipilih Jokowi jadi cawapresnya.
Si A bilang sudah ditetapkan satu nama di kantong Jokowi, si B bilang inisialnya M, si C bilang figurnya bisa diterima semua pihak, bisa nambah elektoral, dan bisa membantu Jokowi menangkal serangan politik identitas bernuansa SARA.
Karena lagi malas mikirin isu politik, saya back TL, dan saya taruh smarphone china saya di atas jok. "Cari hiburan lain dari radio ah...." batin saya.
"Klek..." saya putar tombol on radio, langsung terdengar siaran radio swasta yang kantornya tidak jauh dari Blok M. Inilah radio favorit --buat saya- karena bisa memadukan berita dan musik dengan pas.
Entah kebetulan atau takdir, penyiar radio lagi berbincang sama analis politik, membahas figur ideal untuk cawapres Jokowi. Inisial M itu menurut si narasumber adalah Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin, bukan mantan Ketua MK Mahfud MD, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, atau Kepala KSP Moeldoko.
"Yaelah politik lagi, serah dahhh...."
Saat penyiar dan narasumbernya cuap-cuap, pikiran saya malah ke mana-mana, menerka-nerka apakah benar Jokowi udah nentuin cawapresnya? Apa benar inisialnya M? Terus, siapa dong?
Coba deh, kita anggap aja inisial M itu adalah kiai Ma'ruf Amin. Dia seorang ulama kharismatik dan Rais Aam PBNU, keilmuan dan keislamannya menjadikan dia tokoh yang diyakini bisa membantu Jokowi menepis tuduhan tidak berpihak pada umat.
Alasan paling banyak mengapa harus Ma'ruf yang jadi cawapres Jokowi adalah untuk menjaga dukungan dari kelompok Islam.