Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bumi Datar dan Masalah Pendidikan Kita

3 Mei 2021   13:10 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:43 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bumi datar (Sumber: amazon.com)

Dikutip dari detik.com, dalam survei kualitas pendidikan yang keluarkan oleh PISA, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Indonesia bercokol di peringkat enam terbawah, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei. Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia, yang menilai kemampuan membaca, matematika dan sains.

Menurut pengamat pendidikan peringkat yang rendah dalam survei oleh PISA disebabkan oleh sistem pendidikan kita yang masih kuno. Masih terlalu banyak aturan-aturan yang membelenggu sehingga kegiatan pendidikan sulit berkembang. Sistem yang feodalistik ini juga kurang menghargai keleluasaan berpikir, terutama peserta didik.

Peserta didik jadi kurang luwes dalam mengekspresikan apa yang ada di kepalanya. Eksplorasi dan eksperimen agaknya terlupakan. Papan tulis bicara, cukup mereka mendengarkan.

Jika suatu ketika ada semacam pencerahan yang datang, secara intuitif peserta didik akan meninggalkan hal-hal yang membuat mereka merasa terbelenggu. Otoritas akan dianggap makin bias, mereka pun meragu.

Ditambah lagi otoritas minim teladan. Ada saja permasalahan yang ditimbulkan, mulai dari korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan lain sebagainya. Orang-orang tidak lagi bisa memastikan apakah otoritas bisa jadi pegangan.

'Feodalisme' yang lama bercokol di sistem pendidikan Indonesia membuat siswa tidak terlatih berpikir secara kritis dan komprehensif. Kita jadi mudah terprovokasi berita-berita setengah jadi. Lihat saja babi ngepet dan rumah yang katanya dipindahkan jin, yang . . . . ah sudahlah.

Berpikir kristis dan komprehensif membantu melihat suatu permasalahan secara menyeluruh.  Peserta didik tidak akan mudah ragu, tidak pula mudah percaya isu tanpa verifikasi. 

Yang terasa sekarang banyak diantara kita yang kurang bijak menyaring informasi. Mudah terombang-ambing dan diyakinkan oleh perkara sepele. Di era digital macam sekarang tidak sulit mengedukasi, begitu juga menyulut emosi.

Sistem pendidikan yang feodalistik, kurangnya pola pikir kritis dan komprehensif, serta kurang bijak dalam menyaring informasi adalah permaslah utama yang menyebabkan lingkungan pendidikan kita seperti tidak berarti. Pendidikan bertahun-tahun mudah digoyang fakta-fakta tanggung yang jauh dari nalar berpikir seorang terpelajar.

Saya pribadi berharap semoga program-program di dunia pendidikan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Perubahan sistem ke arah yang lebih terbuka akan menjadi angin segar bagi pendidikan Indonesia. Kita tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun