Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"One, Two, Buckle My Shoe": Dokter Gigi hingga Konspirasi

22 Januari 2021   13:41 Diperbarui: 22 Januari 2021   13:57 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Pernah percaya teori konsprasi yang berkaitan dengan kegiatan intelejen? Meski beberapa kejadian nyata adanya, kita kadang terjebak dalam cara berpikir yang sama saat melihat permasalahan lain.

Katanya, cerita tentang hal-hal terselubung merupakan sarana untuk menegaskan pandangan bias kita yang sudah terbentuk sebelumnya. Bias ini juga terjadi pada salah satu detektif favorit kita, Hercule Poirot.

Poirot adalah orang yang biasa menganggap dirinya hebat. Harus diakui detektif dengan kumis eksentrik ini memang lebih unggul dalam segala hal dibandingkan orang lain. Akan tetapi, dalam situasi satu lawan satu dengan Mr. Morley, nyali Poirot ciut, merosot turun hingga nol.

Sang dokter gigi menangani pasiennya dengan raut wajah yang tenang, hingga tidak ada yang menyangka ia akan tewas pada hari yang sama dengan peluru bersarang di kepala. 

Dugaan bunuh diri mencuat. Orang-orang terdekat Mr. Morley tidak sepakat karena berpendapat ia adalah orang normal yang tidak akan punya masalah dengan siapa pun. Mr. Morley akan jadi orang terakhir yang bunuh diri seandainya ia memang berniat melakukannya. 

Penelusuran lebih jauh membawa Poirot dan pihak kepolisian menemukan fakta-fakta mencengangkan. Lebih dari sekedar dokter gigi yang terbunuh, kasus tersebut ternyata melibatkan seorang bankir kaya raya, politik, dan spionase mata-mata Yunani. Dua pasien Mr. Morley yang terbunuh semakin menguatkan dugaan peranan organisasi rahasia dari balik layar.

Setidaknya itulah 'kartu' yang terpaksa mereka mainkan. Mereka digiring agar memainkan alur yang telah diatur sedemikian rupa untuk mengalihkan pikiran dari permasalah utama. Mereka lupa bahwa orang-orang ternama pun punya masalah pribadi mereka sendiri-sendiri.

Alur maju yang rapih disajikan penulis dengan sangat baik. Penempatan petunjuk yang detil di setiap tempat kejadian perkara memancing pembaca untuk membuat kesimpulan sendiri. Akan tetapi, pembaca akan semakin gregetan karena dugaan awal tadi akan dipatahkan saat fakta-fakta baru terkuak.

"One, Two, Buckle My Shoe" sendiri merupakan sajak berbahasa inggris yang populer di kalangan anak-anak. Biasanya sajak ini digunakan untuk belajar berhitung, satu sampai duapuluh. Agak aneh memang jika kita pikirkan lagi. Sajak ceria anak-anak dibuat seolah memiliki makna tersembunyi yang kelam: kasus pembunuhan.

Hercule Poirot yang diikutsertakan sejak awal cerita membuat pembaca dapat mengikuti investigasi dan cara berpikirnya. Meskipun memiliki pemikiran yang jernih dan logis, penulis tetap menampilkan sisi manusiawinya: bisa salah menduga dan terpengaruh pikiran orang lain.

Informasi Buku

Judul                       : One, Two, Buckle My Shoe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun