Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Geologi, Dulu dan Kini

7 Januari 2019   20:03 Diperbarui: 17 April 2021   10:55 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Plato Terentev from Pexels

"Geologi itu belajar tentang apa ya?"

Pertanyaan di atas kerap kali disampaikan orang-orang beberapa tahun lalu begitu mengetahu saya melanjutkan studi di jurusan Teknik Geologi salah satu universitas negeri di Jawa Tengah. Keilmuan macam teknik sipil, teknik kimia, hukum, ekonomi, dan komputer lebih populer pada saat itu.

Wajar jika kebanyakan orang masih asing dengan geologi. Geografi jauh lebih familiar dibandingkan geologi sehingga orang-orang sering salah mengartikan cakupan keilmuan geologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring, geologi adalah ilmu tentang komposisi, struktur, dan sejarah bumi. Secara lebih luas geologi mempelajari material penyusun, struktur, sejarah, dan proses-proses yang terlibat dalam pembentukan bumi.

Objek utama dalam keilmuan geologi adalah batuan. Batuan dianggap sebagai "alat perekam alami" yang mencerminkan proses-proses yang terjadi selama pembentukannya, misalnya umur, iklim, dan lingkungan pembentukannya.

Meskipun sudah hadir di Indonesia sejak masa pasca kemerdekaan, pendidikan keilmuan geologi -- sekarang lebih jamak menggunakan istilah teknik geologi -- terbilang kurang populer. Para geologiwan baru benar-benar teruji sepak terjangnya saat kebangkitan dunia pertambangan Indonesia di era 1960an hingga 1980an. Soetaryo Sigit, sarjana geologi pertama Indonesia dari Jurusan Geologi FIPIA UI (sekarnag ITB) merupakan tokoh sentral perkebangan bidang ekstraksi sumber daya alam tersebut.

Karir para ahli geologi sempat terpuruk pada awal Era Reformasi karena kondisi ekonomi dan politik yang kurang stabil. Investor dunia pertambangan yang banyak menggunakan jasa geologiwan tidak berani berinvestasi sebab tidak ada jaminan aset mereka akan aman berada di negeri yang tengah memanas situasinya. 

Memasuki era milenial, geologi kembali dikenal masyarakat luas. Berbeda dengan Era Orde Lama yang mengapresiasi geologi dalam bidang eksplorasi sumber daya mineral dan migas, kali ini geologi populer karena ramainya bencana alam yang melanda negeri.

Beberapa peristiwa besar seperti tsunami Aceh 2004, gempa Yogyakarta 2006, dan erupsi Gunung Merapi 2010 mendorong para ahli geologi untuk menjadi garda terdepan dalam mitigasi bencana yang terjadi di kemudian hari.

Dengan kelimuan yang mumpuni geologiwan dapat memprediksi daerah mana yang mungkin terkena dampak bencana alam, baik banjir, erupsi gunungapi, maupun longsor, dan memberikan rekomendasi terhadap aktivitas manusia yang mungkin terdampak karenanya. Selain upaya mitigasi melalui penelitian, geologiwan juga berperan penting dalam mengedukasi masyarakat daerah rawan bencana dengan penjelasan yang mudah dipahami.

Masyarakat Indonesia lagi-lagi menjadikan geologi dan geologiwan sebagai tempat bertanya sehubungan dengan rangkaian bencana alam di penghujung tahun 2018. "Kenapa gempa Lombok tidak menimbulkan tsunami?", "Kenapa bisa ada satu kampung yang hilang ditelan bumi dalam kejadian gempa Palu?", dan "Kenapa tsunami Banten-Lampung tiba-tiba terjadi padahal tidak didahului gempa?" adalah pertanyaan-pertanyaan yang banyak muncul dimasyarakat.

Masih banyak yang belum masyarakat pahami tentang dinamika bumi Indonesia. Geologi tanpa sadar menjadi pengetahun tambahan yang seolah wajib bagi masyarakat Indonesia yang hidup di tanah rawan bencana.

Geologi dapat dikatakan sebagai juru bicara bumi dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada dirinya. Geologi berhasil menjelaskan bagaimana bumi Indonesia bisa menjadi begitu kaya sekaligus mengingatkan masyarakatnya untuk selalu waspada terhadap bencana yang mungkin menimpa mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun