Juru tik. Pekerjaan yang tidak pernah ada dalam daftar cita-cita saya. Jangankan memasukkannya dalam daftar cita-cita, mendengar namanya saja baru pada saat ditawari pekerjaan tersebut.Â
Cita-cita saya banyak. Saya tertarik menjadi seorang pemandu wisata. Mungkin karena saya senang jalan-jalan. Makanya kursus bahasa Inggris untuk menunjang kemampuan. Meski pada kenyataannya tidak sampai lulus kursusnya. Hanya sampai level III.
Saya juga ingin menjadi penjaga pantai. Indonesia kan negara maritim. Banyak pantai indah di Indonesia. Harus ada yang merawat dan menjaganya. Mulia bukan cita-cita saya?Makanya saya belajar berenang sampai bisa.
Pada kenyataannya? Gagal juga. Bagaimana tidak? Ternyata saya takut saat melihat ombak besar di laut.
Lalu saya ingin menjadi atlet silat atau karate. Mungkin karena saya senang menonton film action. Ditambah sejak SMP saya latihan silat dan karate. Eh, dilarang oleh orang tua yang tidak tega sewaktu melihat saya bertanding antar sekolah.
Cita-cita lainnya? Saya ingin menjjadi seorang wartawan olahraga. Biar bisa mewawancarai atlet-atlet dalam dan luar negeri. Saya tertarik juga menjadi seorang mekanik. Mungkin karena seringnya keluar masuk bengkel.Â
Namanya juga cita-cita. Boleh-boleh saja. Apalagi bidang pekerjaannya yang disukai.
Jadi yang namanya menjadi juru tik atau sekretaris tidak masuk dalam daftar cita-cita saya. Meski saya sangat menyukai pelajaran mengetik.Â
Fokus saat itu setelah lulus bisa bekerja dan mencari uang sendiri. Di sekolah, saya termasuk jagoan urusan mengetik dengan sepuluh jari. Juga urusan kearsipan. Karena pada dasarnya saya senang menulis. Tapi tidak menyangka kalau ditawari pekerjaan sebagai juru tik.Â
"Mau enggak jadi juru tik? Ada yang menawari pekerjaan itu untuk kamu. Daripada buat orang lain lebih baik yang sudah kenal saja," ujar ibu suatu hari.