Mohon tunggu...
Denik13
Denik13 Mohon Tunggu... Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ayah Tuah, Kompasianer Senior Suhunya Kisah Fiksi

3 Mei 2025   08:21 Diperbarui: 3 Mei 2025   10:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Ayah Tuah (dok. Denik)

Sebagai kompasianer, jika rajin silaturahmi ke tulisan teman-teman pasti cepat atau lambat akan mengenali gaya tulisan masing-masing. Nah, saya mulai nih mengenali tulisan teman-teman kompasianer. Masing-masing dari mereka memiliki ciri khas tersendiri dalam hal menulis.

Ada yang gemar menulis puisi, ada yang senangnya menulis tentang politik, dan ada juga yang mengupas tentang olahraga. Serta masih banyak lagi. Pokoknya seru deh. 

Dari sana kita bisa mengenali si penulis saat bertemu muka alias kopdar. Seperti pengalaman saya saat beberapa kali mengikuti kopdar. Senang saja begitu mengetahui sosok dihadapkan kita ternyata orang yang namanya tak asing.

Salah satunya kompasianer yang biasa dipanggil Ayah Tuah. Saya sering membaca tulisannya. Meski belum pernah berinteraksi secara online apalagi offline, tapi saya tidak asing dengan namanya. 

Tulisan Ayah Tuah lebih banyak tentang kisah fiksi. Terutama puisi. Konsistensinya dalam menulis fiksi mendapat ganjaran sebagai Best  in Fiction pada Kompasianival 2023. Saya turut senang ketika nama Ayah Tuah disebut. Sebab saya memang menjagokan dirinya.

Pada perhelatan Kompasianival 2024 barulah saya bertemu langsung dengan sosok Ayah Tuah. Wah, senang sekali rasanya bisa jumpa langsung dengan beliau. Eh, saya jadi tersipu saat beliau mengenali tulisan saya juga yang  berkisah tentang motoran jarak jauh.

"Ayo, kapan motoran ke tempat saya," ujar Ayah Tuah.

Tawaran yang menarik. Semoga suatu saat bisa terwujud. Pertemuan yang singkat dengan Ayah Tuah. Tapi begitu berkesan. Itu kisah pertemuan pertama saya dengan Ayah Tuah.

Pertemuan berikutnya tahun 2025 di Perpustakaan Nasional. Ketika sama-sama menghadiri acara kopdar sekaligus launching buku pak Tjiptadinata dan ibu Rosalina. Nah, pertemuan kali ini cukup lama.

Saya, Ayah Tuah dan beberapa kompasianer lain menyempatkan diri untuk keliling Perpustakaan Nasional. Foto bersama dan hahahihi bareng. Dari pertemuan ini, malamnya sudah muncul puisi Ayah Tuah. Benar-benar suhu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun