Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengalaman Tak Terlupakan Bisa Menyaksikan Ngaben secara Langsung

5 Februari 2023   21:40 Diperbarui: 9 Februari 2023   22:02 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nay, mau melihat ngaben secara langsung enggak?"

Mendapat tawaran seperti itu jelas tidak saya tolak. Ini peristiwa langka bagi saya. Bisa melihat upacara ngaben secara langsung.

NGABEN. Kata yang tak asing terdengar di telinga. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar sudah diterangkan tentang apa itu ngaben. Yaitu prosesi upacara pembakaran jenazah oleh masyarakat Hindu di Bali.

Maka begitu mendapat ajakan untuk melihat prosesi upacara ngaben secara langsung, tanpa pikir panjang saya iyakan ajakan tersebut. Apalagi yang mengajak kawan sendiri yang memang tinggal dan menjadi orang Bali mengikuti sang suami.

Kapan lagi bisa melihat upacara ngaben secara langsung kalau tidak sekarang? Jadi tak saya sia-siakan kesempatan tersebut. Saya siap meluangkan waktu demi menyaksikan peristiwa yang mungkin hanya sekali seumur hidup saya saksikan.

Itulah pengalaman pertama yang saya dapatkan begitu menjejakkan kaki di Pulau Dewata. Tepatnya mengikuti upacara ngaben di Desa Peguyangan Kangin, Banjar Jenah, Denpasar.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Star dari kediaman si kawan, saya diajari mengenakan senteng atau selendang terlebih dulu. Secarik kain yang mengikat dan menutupi pinggang, sebagai kelengkapan busana adat Bali, untuk melakukan sembahyang, memasuki tempat suci dan upacara lainnya.

Setelah selesai merapikan busana yang dikenakan, saya dengan si kawan keluar rumah bergabung dengan warga desa setempat, berjalan kaki menuju rumah warga yang berduka. Senyum dan saling sapa ramah mewarnai perjalanan antara saya dengan warga desa setempat.

Tak terasa perjalanan tiba juga di dekat rumah yang berduka. Tandu untuk membawa dan mengarak jenazah sudah siap di latar. Saya dan warga desa menunggu dengan sabar meski panas terasa menyengat. Hari itu cuaca di Denpasar sedang panas-panasnya.

Tak lama rombongan yang membawa jenazah keluar dari rumah diiringi isak tangis keluarga yang ditinggalkan. Duh, hati saya merasa haru. Ikut merasakan kedukaan yang besar. Sebab saya pernah merasakan kehilangan untuk selamanya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Jenazah di angkat naik ke atas tandu yang sudah disiapkan. Para lelaki desa bersama-sama mengangkat jenazah agar bisa masuk ke dalam tandu. Setelahnya tandu tersebut di arak menuju tempat pembakaran. Tiba di sana, langsung diletakkan di tempat pembakaran yang disediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun