Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Naik Ojek Sepeda di Era Ojek Online

20 November 2022   02:49 Diperbarui: 20 November 2022   07:23 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ojek sepeda kawasan Pecinan Glodog (dokpri)

Keseruan naik ojek sepeda (dokpri)

Ojek sepeda. Kekhasan yang bisa kita jumpai di kawasan Kota Tua Jakarta. Selain penyewaan sepeda onthel yang berada di sekitar Museum Fatahillah.

Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Tua dan ingin merasakan naik sepeda onthel. Bisa menyewanya dengan hitungan per jamnya sekian rupiah. Nah, silakan kalau ingin keliling di depan halaman Museum Fatahillah.

Jika memiliki nyali untuk meliuk-liuk di sela kepadatan lalu lintas, bisa juga mengelilingi kota tua dengan menyewa sepeda onthel. Mulai dari toko merah sampai jembatan intan. Pokoknya sesuai kesepakatan saja. Berapa jam waktu sewa yang diinginkan.

Jika tidak bisa naik sepeda sendiri tapi ingin merasakan keliling kota tua naik sepeda, bisa juga. Caranya dengan naik ojek sepeda. Ya, di sana masih ada ojek sepeda yang menjajakan jasanya.

Kenapa sih ada penyewaan sepeda onthel dan ojek sepeda di kawasan Kota Tua?

Jadi begini, sepeda onthel adalah  alat transportasi masyarakat perkotaan di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Nah, Museum Fatahillah dahulu merupakan kantor pemerintahan Hindia Belanda di Batavia. Maka sepeda onthel bisa dijumpai di mana-mana di jaman itu.

Sampai akhir tahun 1970-an sepeda onthel masih primadona bagi masyarakat perkotaan. Barulah setelah tahun 1970 ke atas, alat transportasi masyarakat perkotaan beralih ke sepeda motor. Sementara sepeda onthel lebih banyak dipergunakan oleh masyarakat di pedesaan.

Kini sepeda onthel termasuk barang langka. Benda unik yang banyak dicari orang. Ojek sepeda juga termasuk sesuatu yang unik yang jarang lagi dijumpai. Nah, ketika ada kesempatan menjumpai sesuatu yang langka tersebut, maka jangan sia-siakan.

Naik ojek sepeda (dokpri)
Naik ojek sepeda (dokpri)

Hal tersebut yang saya lakukan ketika sedang berjalan-jalan ke kawasan Pecinan Glodok. Saya melihat ada ojek sepeda yang mangkal. Langsung saja saya hampiri dan tanyakan tarif ke tujuan yang saya maksud. Ternyata harganya termasuk murah menurut saya.

Pertama saya ingin merasakan bagaimana naik ojek sepeda di tengah hiruk-pikuk jalanan ibukota. Di era ojek online yang marak di masyarakat. Ternyata menegangkan. Artinya ada perasaan was-was dan deg-degan ketika duduk diboncengan. Karena tidak ada pegangan yang asik. Hanya duduk tegak saja.

Bapak penarik ojek sepeda sudah berumur pula. Jelas was-was apakah kuat membawa saya. Secara tubuh saya termasuk yang padat berisi. Si bapak meliuk-liuk dengan santainya di sela mobil dan bus Transjakarta.

Sesekali si bapak turun sambil menuntun sepedanya, yang notabene ada penumpangnya yaitu saya. Pun tetap meliuk-liuk di jalan tanpa rasa takut. Justru saya yang was-was. Maklum baru sekali itu naik ojek sepeda.

Meski demikian ada rasa serunya juga. Ketika si bapak ojek sepeda bisa melaju dengan santainya di jalan yang padat dan ramai. Beberapa orang yang saya jumpai bahkan mengacungkan jempol ketika kami melintas. Saya tahu mereka salut dengan si bapak ojek sepeda.

Kedua, saya ingin merasakan dibonceng sepeda. Karena selama ini mengayuh sepeda sendiri kemana saja. Bahkan untuk jarak jauh seperti ke Kota Serang dan Bogor. Ternyata lebih menegangkan dibonceng ketimbang mengayuh sepeda sendiri.

Ketiga, memberi pemasukan bagi si bapak ojek sepeda. Dengan saya naik ojek sepeda nya tentu menambah pemasukan si bapak hari itu. Karena dari obrolan dengan si bapak sepanjang jalan, penghasilan dari ojek sepeda tidak seperti dulu lagi. 

Tidak memungkiri. Sebab sekarang adalah era ojek online. Serba ingin cepat dan tepat waktu. Maka ojek sepeda agak tersingkirkan jika merujuk hal di atas. Meski demikian bukan berarti tak ad harapan. Tetap ada walau sedikit.

Si bapak ojek sepeda di usianya yang tak lagi muda tetap gagah mengendarai sepeda, membawa penumpang keliling kota. Tak peduli hanya sendiri menanti penumpang yang memiliki empati. Bahwa ojek sepeda tak hanya sesuatu yang langka, melainkan juga ladangnya dalam mencari nafkah. Maka perlu diapresiasi. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun