Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Helm Bertanda Tangan, Cara Lain Mengabadikan Momen Solo Riding

8 Agustus 2022   05:51 Diperbarui: 8 Agustus 2022   06:42 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberikan buku A Female Rider's Diary untuk Ahmad Tohari dalam acara Glamping Sastra Indonesia (dokpri)

Banyak cara mengabadikan sebuah momen. Terutama momen spesial. Salah satunya dengan mendokumentasikan dalam bentuk foto.

Apapun momen tersebut sudah pasti tidak luput dari yang namanya difoto. Begitu juga dengan momen spesial yang saya lakukan.

Sebagai pengendara motor yang gemar melakukan solo riding. Tentu saja hal pertama yang dilakukan adalah mengabadikan momen. Yaitu dengan memotret berbagai tempat yang dilalui.

Selain itu ada hal lain yang saya lakukan untuk mengabadikan momen spesial tersebut. Yakni meminta tanda tangan dari tokoh yang dijumpai. Sebab dalam beberapa kesempatan, solo riding yang saya lakukan dalam rangka menghadiri sebuah acara.

Seperti yang saya lakukan saat solo riding ke Batu Raden, Jawa Tengah. Saya ke sana dalam rangka menghadiri acara Glamping Sastra Indonesia. Yang mana salah satu tokoh yang hadir adalah sastrawan Ahmad Tohari.

Memberikan buku A Female Rider's Diary untuk Ahmad Tohari dalam acara Glamping Sastra Indonesia (dokpri)
Memberikan buku A Female Rider's Diary untuk Ahmad Tohari dalam acara Glamping Sastra Indonesia (dokpri)

Tahu dong siapa beliau? Si pemilik trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Saya mengenal karya beliau saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ya, Ronggeng Dukuh Paruk itulah karya Ahmad Tohari yang saya baca pertama kali.

Sejak itu saya menggemari karya-karya beliau. Tahun 2016 saya mengunjungi rumah beliau di desa Tinggarjaya, Banyumas. Itu pun tanpa perencanaan. Hanya spekulasi. Karena saat itu saya dalam perjalanan solo riding ke Surabaya.
Saya pikir melintasi daerah sana jadi singgah saja dulu. Padahal saya tidak tahu rumahnya.

"Tidak mungkin masyarakat sana tak mengenal beliau."

Itu patokan saya untuk bertanya kepada orang yang saya jumpai di sana. Ternyata benar dugaan saya. Akhirnya saya pun bisa bertemu dan berbincang langsung dengan Ahmad Tohari.

Nah, pertemuan kedua terjadi di Batu Raden. Ketika saya mengikuti acara Glamping Sastra Indonesia. Berhubung sudah ada rencana dan persiapan sebelumnya. Maka saya persiapkan segala sesuatunya untuk mengabadikan momen.

Meminta tanda tangan di helm. Itu yang saya pikirkan. Alasannya simple saja. Karena saya ingin ada kesan dan kenangan dalam melakukan solo riding. Tak hanya foto bersama saja.

Ahmad Tohari membubuhkan tanda tangan di helm saya (dokpri)
Ahmad Tohari membubuhkan tanda tangan di helm saya (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun