Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ira Maya Putri Cinderella Menghantar Saya Duduk Manis di Bioskop

28 Maret 2021   07:08 Diperbarui: 28 Maret 2021   07:12 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by Rapi Films

Menyambut Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret mendatang, saya jadi teringat saat pertama kali menonton film di bioskop. Yaitu saat masih di Surabaya dan masih kecil. Weh, kecil-kecil sudah nonton bioskop hehehe. Adalah ibu saya yang gemar menonton film. Kata ibu, dulu sebelum menikah hampir setiap Minggu immenonton film di bioskop bersama teman-teman. 

Setelah berpacaran dan menikah dengan bapak malah tidak pernah lagi menonton bioskop. Karena bapak saya ternyata tidak hobi menonton film. Makanya setelah saya besar dan mengerti, ibu mengajak saya menonton bioskop. Tentu saja film anak-anak. 

Adapun film yang kami tonton adalah Ira Maya Putri Cinderella. Itulah film yang pertama kali saya tonton di bioskop. Saya lupa detail ceritanya. Kayaknya mesti goegling lagi deh. 

Yang pasti saya merasa senang sekali waktu diajak ibu nonton bioskop. Sebelumnya  ibu sudah bercerita kalau akan mengajak  saya ke bioskop. Diceritakannya suasana di dalam bioskop itu seperti apa. Saya kecil pun jadi membayangkan suasana bioskop. Tentunya jadi  tak sabar menunggu hari itu tiba.

Ibu juga menceritakan film yang akan kami tonton. Saya jadi makin penasaran. Ketika hari itu tiba, rasanya ingin berjingkrak-jingkrak. Dalam hati saya bersorak.

"Yeaaah, saya mau nonton bioskop."

Seingat saya, dulu itu pergi nonton ke bioskop seperti kegiatan rutin akhir pekan keluarga Indonesia hehehe. Ya, karena setiap akhir pekan. Topik pembicaraan yang saya dengar dari saudara dan tetangga tentang rencana nonton film.

"Kon arep nonton nang ndi?"

"Wes nonton film kuwi durung?"

"Eh, sesok aku diajak nonton ning bioskop sing paling apik kuwi loh!"

Berhubung saya tinggal di Surabaya maka dialek Suroboyo-an yang sehari-hari saya dengar. Semacam itulah mereka ngobrol tentang bioskop dan film. Saya kecil hanya jadi pendengar. Maka ketika ibu mengajak saya nonton bioskop, bukan main girangnya hati ini. Akhirnya saya merasakan juga nonton bioskop.

Seingat saya, kami hanya berjalan kaki untuk menuju gedung bioskopnya. Karena dekat dari rumah. Hanya saja saya tidak memperhatikan nama bioskopnya. Yang pasti di sekitar Darmo. Karena kami tinggalnya di daerah sana.

Begitu tiba di gedung bioskop, ibu menggandeng saya untuk antre tiket. Cukup panjangnya antreannya. Tapi saya senang-senang saja saat itu. Namanya juga anak-anak. Pengalaman pertama diajak ke bioskop pula. Terus ketemu beberapa teman yang diajak oleh orang tuanya untuk nonton juga. Jadi semakin senang. Benar-benar seperti piknik.

Kalau sekarang sih paling malas kalau mesti antre panjang hehehe. Singkat cerita, akhirnya saya dan ibu masuk ke gedung bioskop. Saya terpana dengan suasananya yang remang-remang.

"Oh, begini toh suasana di dalam bioskop itu "

Selanjutnya begitu film akan diputar, suasana di dalam gedung menjadi gelap. Hanya penerangan dari layar film saja. Setelah filmnya diputar, saya merasa gumun. Kagum bahasa Indonesianya. Kagum melihat pakaian yang dikenakan para pemainnya. Karena bagus dan unik-unik. Mungkin karena bersetting kerajaan ya? Selama ini kan hanya berimajinasi tentang kerajaan dari buku cerita yang dibaca. 

Begitu menonton film tokohnya bergerak. Jadi buat saya kecil sungguh bagus dan menyenangkan. Dari film itu pula saya sangat familiar dengan nama Ira Maya Sopha. Karena ia yang menjadi tokoh utama. Selain itu Ira Maya Sopha juga merupakan penyanyi cilik. Jadi saya semakin familiar dengan namanya. Sebab lagu anak-anak zaman saya kecil kerap sekali muncul di televisi. 

Itulah film pertama yang saya tonton di bioskop. Sekaligus menjadi film terakhir yang saya tonton di bioskop Surabaya. Karena setelahnya kami hijrah ke Jakarta sampai sekarang. Kalau mengingat masa itu rasanya ingin sekali kembali ke Surabaya untuk sekadar mengenang tempat tersebut. Entah masih ada atau tidak. Kalaupun bioskopnya masih ada pastinya sudah berubah. Ah, ternyata menyenangkan mengenang masa kecil meski jauh di sana. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun