Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sebelum Menikah Siapkan Juga Mental untuk Tak Memiliki Anak

27 Maret 2021   07:12 Diperbarui: 27 Maret 2021   07:14 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tujuan menikah selain untuk ibadah adalah supaya memiliki keturunan. Oleh karenanya orang tua atau mertua kerap menanyakan kehamilan anak-anaknya yang baru saja menikah.

"Bagaimana? Sudah isi?"

Bagi pasangan yang masih tergolong baru masih amanlah dengan pertanyaan semacam itu. Masih ada pemakluman.

"Sabar saja. Baru juga beberapa bulan menikah. Dulu ibu dua tahun kosong baru dikasih hamil."

Nah, bagi pasangan yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak yang tidak nyaman kalau ditanya soal momongan.

"Belum isi juga? Sudah berapa tahun? Trus kapan punya anaknya?"

Pertanyaan kapan punya anak nih yang jadi momok menakutkan. Sama seperti pertanyaan kapan nikah bagi yang masih single. Kalau tidak kuat-kuat iman penginnya marah-marah.

"Tanya saja sama Tuhan. Memang siapa sih yang enggak pengin segera punya momongan? Usaha sih sudah segala macam. Tapi belum dikasih juga mau gimana lagi?"

Hal-hal demikian yang bisa menimbulkan stress. Bahkan bisa memicu retaknya hubungan rumah tangga. Oleh karenanya mental untuk tidak memiliki anak harus juga dimiliki pada saat memasuki jenjang pernikahan. Namanya mengantisipasi kemungkinan buruk yang bakal terjadi. Agar ke depannya tetap enjoy menjalani pernikahan walau tanpa buah hati.

Hal tersebut berdasarkan pengalaman seorang kawan yang sudah 15 tahun berumah tangga dan tidak dikaruniai anak. Padahal si kawan dan suaminya sehat. Tidak ada masalah dengan organ reproduksi mereka. 

"Memang tidak diqodar punya anak mau gimana lagi. Apalagi aku juga sudah menopause?" ujar si kawan.

"Suami dan mertua tidak ribut atau gimana Mba?" tanya saya penasaran.

"Enggak. Biasa saja. Kan dari awal sudah dibicarakan semua. Mengingat perbedaan usiaku dan suami terpaut jauh. Suamiku 10 tahun di bawahku. Jadi waktu menikah suamiku usianya 35 tahun sedangkan aku 45 tahun. Sebelum melamar sudah kuingatkan tentang anak. Mengingat usiaku yang sudah tidak muda lagi. Tapi dia tetap kekeuh. Jadi ya sudah."

Benar juga ya? Cinta sih cinta tapi logika perlu dipertimbangkan agar siap dengan segala kemungkinan. Hal tersebut yang dilakukan oleh kawan saya dan pasangannya ketika akan menikah. Memberitahukan keluarga atas kondisi mereka. Maka ketika di usia 47 tahun si kawan sudah mengalami menopause, pihak keluarga sudah tidak terkejut. Suaminya pun bisa menerima kondisi tersebut dengan lapang hati. 

Dengan begitu tak ada lagi pertanyaan yang terlontar.

"Sudah isi apa belum?"

Makanya, kalau mencari pasangan jangan yang sudah berumur. Jadinya begitu. Mungkin ada yang rasan-rasan seperti itu dalam hati. Hey, namanya cinta mana kita tahu jatuh cintanya sama siapa.

Pengalaman si kawan karena memang ada faktor usia. Okelah bisa dimaklumi. Tapi ada tetangga yang masih muda dan juga sehat belum juga dikaruniai anak. Tak terasa sudah 10 tahun usia pernikahan mereka. Jadi urusan anak memang hak prerogatif Tuhan. Jadi selain membicarakan keinginan memiliki berapa anak, bicarakan juga kemungkinan jika tidak diberi anak. Jadi enak menjalani semua. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun