Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

[Nostalgia] Inilah Sensasi Menonton Film "Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara" Sebelum dan Sesudah ke Atambua

10 Februari 2021   09:40 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:09 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by YouTube/AKIZAH CHANNEL 

Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara adalah film drama tahun 2016. Diproduksi oleh Film One Production. Disutradarai oleh Herwin Novianto. Lima tahun silam. Sudah cukup lama tapi tetap membuat saya menitikkan air mata saat menonton ulang film tersebut.

Saat pertama kali film ini rilis, saya mewajibkan diri sendiri untuk menonton. Apalagi saat itu saya berstatus guru juga. Pas ya? 

"Iiih, ngepas-ngepasin aja."

Tidak juga. Andai pun tidak berstatus guru tetap saja saya akan menonton film tersebut. Sebab cerita dalam film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menurut saya sangat bagus. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film ini. Termasuk kritikannya yang membangun.

Selain itu daerah Nusa Tenggara Timur, tepatnya Atambua yang menjadi latar film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara menggugah hati saya untuk mengetahui seperti apa sih daerah sana itu? Selama ini kan hanya mendengar ceritanya saja. 

"Jauh dan gersang daerah sana  itu."

Begitu kata orang. Kalau pun saya melihatnya dari televisi atau buku paling hanya sekilas saja.

Jadi saya sangat memahami ketika ibunya Aisyah yang diperankan oleh Lidya Kandou keberatan dan tidak mengijinkan Aisyah untuk berangkat ke sana. Meski tujuannya mengajar. Melakukan tugas mulia. Andai saya yang diposisi Aisyah, sudah pasti ibu menjadi orang pertama yang khawatir. Begitulah ibu, selalu mengkhawatirkan anak-anaknya.

Picture by YouTube/AKIZAH CHANNEL 
Picture by YouTube/AKIZAH CHANNEL 

Saya menonton film ini menghabiskan tisu satu bungkus. Ikut terbawa perasaan.

"Halah, alasan. Padahal cengeng."

Iya juga sih. Eh, tapi memang sedih kok. Jauh-jauh datang eh muridnya begitu. Enggak ada yang masuk sekolah lagi. Melihat sosok Aisyah mereka ketakutan terus lari. Belum lagi ada anak yang berulah. Mendatangi wali murid yang anaknya berulah sambutannya tidak bagus. Karena  Sama-sama pengajar jadi semacam ada chemistry gitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun