Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rempeyek Kacang, Seperjuangan Membuatnya Sekejap Menghabiskannya

29 Mei 2020   07:26 Diperbarui: 29 Mei 2020   07:19 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peyek atau rempeyek camilan yang membuat mulut tak mau berhenti mengunyah kalau belum habis. Terutama peyek kacang. Karena perpaduan rasa gurih dari bumbu pada tepung peyek dan kacang tanahnya memang membuat ketagihan. Apalagi untuk para penggemar kacang seperti saya.

Peyek, camilan yang banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah ini tak melulu bertabur kacang tanah. Ada peyek dari kacang kedelai, udang rebon, bayam, udang besar dan ikan teri. Semuanya menggoda hati untuk dicicipi. Namun saya lebih menyukai peyek kacang tanah. Sebab bisa dicamil begitu saja selain untuk lauk makan. 

Sementara peyek udang rebon atau ikan teri lebih mantap untuk lauk makan dibandingkan dicamil begitu saja. Ini menurut pendapat saya. Sebab rasa gurih dan asinnya sangat terasa kalau dicamil tanpa nasi. Namun bagi yang suka tentu tak masalah.

Kembali ke peyek kacang. Dibeberapa tempat makan kita bisa menjumpai peyek kacang tersaji manis diantara aneka kerupuk. Peyek kacang memang bisa dimakan untuk lauk seperti halnya kerupuk. Meski tak jarang juga yang memilih peyek sebagai camilan untuk teman ngeteh atau ngopi. Juga teman nonton tv.

Wah, untuk teman nonton tv harus hati-hati nih. Bisa-bisa satu toples habis sendiri tanpa disadari. Karena kalau sudah makan peyek suka lupa daratan. Saya sih.

Dulu ibu saya kerap membuat peyek untuk camilan kami. Apalagi tahu kalau anaknya ini  (saya) penggemar kacang. Namun hanya beberapa kali saja. Setelahnya kami di suruh membeli jadi saja kalau ingin peyek. Ibu mutung alias ngambek. 

Katanya, "Bikinnya sampe keringetan enggak beranjak dari kompor. Peyeknya enggak tahu bentuknya. Sekali nyerok habis. Capek aku."

Ya, bagaimana? Peyek buatan ibu enak sekali. Renyah gitu. Jadi enggak sabar ingin mencicipi. Begitu selesai satu bagian lalu diserok menggunakan saringan. Kami langsung menuangnya ke atas piring kemudian menyerbu peyek buatan ibu. 

Wajar kalau ibu merasa kesal. Selesai menggoreng selesai juga peyeknya dicamilin. Padahal membuat peyek itu seperjuangan sendiri. Butuh kesabaran dan ketekunan. Bagaimana tidak? Proses membuat peyek itu butuh ketelitian dan kehati-hatian. Jadi tidak mudah. Meski tidak terlalu sulit juga. Ini jika ingin menghasilkan peyek yang renyah loh.

Hal ini berdasarkan pengalaman saya membantu ibu saat membuat peyek. Saya mendapat tugas memotong kacang menjadi 2-3 bagian. Bayangkan? Kacang tanah sekecil itu harus dipotong-potong lagi. Ini sudah seperjuangan sendiri toh?

Kemudian saya juga mendapat tugas mengiris daun jeruk tipis-tipis dan halus. Daun jeruk? Betul. Ini untuk memberi cita rasa wangi atau harum pada peyek yang dihasilkan. Untuk adonan peyek, ibu yang mengurusnya. Yakni mencampur tepung beras dan tapioka dengan bumbu-bumbu yang telah disiapkan. 

Adonan tidak boleh terlalu kental, karena bisa keras hasilnya. Jangan juga terlalu encer. Nanti pecah saat dituang dalam penggorengan. Nah, urusan menggoreng pun tak asal menggoreng. Jadi adonan tepung peyek tadi dituang ke bagian pinggang penggorengan sambil ditaburi kacang. Begitu seterusnya sepanjang pinggir penggorengan. Jadi bukan langsung dimasukkan ke dalam minyaknya.

Setelah adonan di pinggir-pinggir tadi panas dan kering, ia akan jatuh sendiri ke bawah. Masuk ke dalam minyak. Nah, biarkan saja sampai warnanya agak menguning baru dibalik. Jadi jangan dibolak-balik. Bisa pecah peyeknya. Hasilnya ndak bagus. Setelah warnanya kekuningan barulah diangkat.

Satu penggorengan ukuran sedang bisa untuk lima atau tujuh peyek. Selama menggoreng itu ibu tidak beranjak dari depan kompor. Sebab kalau ditinggal-tinggal hasilnya tidak rata. Jadi terbayangkan bagaimana proses membuat peyek? Apalagi kalau dalam jumlah banyak. Saya sih tidak sabar.

Ternyata peyek yang bisa kita habiskan dalam sekejap itu, proses membuatnya seperjuangan sendiri loh. Salut untuk para pembuat peyek. Tetap semangat ya? Kalau para pembuat peyek mutung seperti ibu, bisa-bisa saya enggak akan menjumpai yang namanya peyek kacang lagi. Oh, No! (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun